Hina SBY dan AHY di Twitter, Guru Besar USU Ini Tegaskan Tak Takut Dipolisikan Partai Demokrat

Nama Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara (USU), Prof Yusuf Leonard Henuk mendadak heboh di media sosial (medsos). Ini lantaran secara lantang menyebut bodoh ke mantan Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono dan putranya sekaligus Ketua Umum (Ketum) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Hal itu dituangkan Leonard dalam akun Twitternya, @ProfYLH. Hari ini, Selasa (12/1/2021) dia menyebut AHY bodoh karena cuitan soal turut berduka atas insiden jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ182 di Kepulauan Seribu.

“Doa tulus juga kita panjatkan bagi semua bagi keluarga korban, semoga Allah SWT senantiasa memberikan ketabahan & kekuatan. Bencana ini menjadi peringatan bagi pemerintah & kita semua untuk terus tingkatkan standar keselamatan transportasi di Indonesia,” demikian tulis AHY, Minggu (10/1/2021).

Tidak disangka, Leonard langsung merespon hal tersebut dengan kalimat pedas, karena menilai AHY menyalahkan pemerintah atas tragedi itu. “Yth Ketua Umum@PDemokrat, @AgusYudhoyono, @ProfYLH terpaksa harus buktikan memang kau BODOH sekali, karena sepanjang sejarah jatuhnya pesawat di Indonesia tak pernah ada “GOVERNMENT ERROR” penyebabnya. Tapi “7 FAKTOR”(http://indonesiabaik.id/infografis/7-faktor-penyebab-jatuhnya-pesawat).Maaf kau bodoh turunan, belajar lagi AHY!” tulis Leonard, Selasa, (12/1/2021).

Sebelum ini, Leonard malah telah menyerang SBY lebih dulu secara bertubi-tubi beberapa hari ini. Tidak hanya menyebut bodoh, dia juga mencap SBY sebagai Bapak Mangkrak Indonesia. Salah satunya, dia mengkritik SBY yang mengomentari soal vaksin Covid-19. “Yth.@SBYudhoyono, sudahlah jangan kau bodoh soalkan anggaran vaksin sampai kapanpun tak bisa buat negara chaos(https://m.cnnindonesia.com/nasional/20210108130802-32-591137/sby-ingatkan-salah-hitung-vaksin-bisa-buat-negara-chaos) vs banyak chaos kau dimasa lalu seperti Bank Century&Jiwasraya.Kau sok pintar mau ajari @jokowi &Sri Mulyani, malulah kau!,” tulisnya, Minggu (10/1/2021).

“Yth.@SBYudhoyono, memang kau bodoh sekali, karena Pemerintah @jokowi sudah berulangkali ingatkan tak hanya vaksin lalu semua beres,tapi tetap dilakukan 3 M.Kau sok suci bawa-bawa nama Tuhan seperti FPI yang kau besarkan&dibubarkan @jokowi, jadi terbukti kau memang munafik sekali,” lanjutnya.

“Sebaiknya hubungi psikiater agar konsultasi dengan @SBYudhoyono, agar tiru hidup/jejak BJ HABIBIE di hari tua yang tak campuri urusan pribadi & keluarganya dengan politik hingga akhir hidupnya,” lanjutnya.

“Yth.@SBYudhoyono,tahu dirilah kau sudah mantan jadi jangan sok mengajari @jokowi soal pembangunan proyek strategis nasional,karena kau memang gagal&telah dijuluki:”Bapak Mangkrak Indonesia”, jadi tak pantas kau ajari @jokowi “ikan berenang”, karena pasti malu kalipun kau, paham!,” cuitnya lagi.

Apa yang dituliskan Leonard di akun Twitternya itu langsung memantik reaksi. Banyak warganet yang menilainya profesor minim etika dan lainnya.

Baca juga:  Masjid Sunda Kelapa Bantah Ketum PBNU, KH Said Aqil Sebarkan Hoaks?

Lalu apa sebenarnya alasan Leonard sampai begitu beringasnya menghina SBY dan AHY?

Kepada pojoksatu.id, Leonard mengakui sebagai pendukung Presiden Joko Widodo. Sebagai putra daerah Pulau Rote, Kupang, Jokowi adalah raja, sehingga dia tidak bisa melihat orang lain mengkritik yang menurutnya tidak benar.

Jokowi sendiri dinobatkan sebagai Maneleo atau Raja oleh para tetua dan bangsawan Rote Ndao pada tahun 2018.

“(Cuitan) memang murni, saya jujur saya pendukung Jokowi, saya tidak suka, saya sakit (Jokowi dikritik SBY dan AHY). Jokowi kan pernah ke Rote, kami gelari Raja orang Rote semua. Jadi kalau orang perlakukan dia tidak baik, saya sebagai orang Rote wajarlah saya protes,” tegasnya saat dihubungi, Selasa (12/1/2021).

SBY dan AHY, dijelaskan Leonard kerap kali menyalahkan Jokowi dalam berbagai masalah di negeri ini. “Buktikan dia (Jokowi) salah. Sedikit, sedikit Jokowi salah, apa salahnya? Bapak dan anak tendensi,” lanjutnya.

Dia menyoal cuitan AHY, meski mengucapkan duka atas kejadian Sriwijaya AIR SJ182 baginya AHY tetap menyelipkan kesalahan ke pemerintah. “Menurut saya, ini penafsiran, padahal menurut saya untuk (kejadian) pesawat tidak ada kesalahan pemerintah. (AHY) seolah-olah disalahkannya pemerintah,” jelasnya.

Leonard menampik kalau dirinya tidak bisa melihat Jokowi dikritik. “Tetap dikritik tapi yang bagaimana, jangan sedikit-sedikit dia terus,” tandasnya.

Soal banyak yang kontra dengan sikapnya nyinyir di Twitter ke SBY dan AHY, Leonard menegaskan itu wajar dilakukan karena menurut versinya apa yang diungkapkan ayah dan anak itu menggiring opini menyalahkan pemerintah. “Saya kan guru besar, kami guru besar di UU ayat 2 tugasnya mencerahkan masyarakat, ada orang yang menggiring yang salah, saya perbaiki, itu tugas saya,” bebernya.

Dia juga anggap enteng dengan balasan Kepala Biro Perhubungan DPP Partai Demokrat, Abdullah Rasyid di Twitter, dimana dirinya disebut guru binatang.

“Apalagi ternyata dia (Yusuf Leonard) ini guru binatang (animal science) tidak punya kompetensi bicara kebijakan pembangunan. Berhentilah komen yang tidak cerdas,” tulis Rasyid dengan tagar #MaluAlumniUSU.

“Dia bilang aku guru binatang, untuk saya kedudukan 1-1, saya kan bilang SBY bodoh, mereka bilang saya guru binatang, harusnya mereka jangan begitu,” jelas Leonard.

Dia pun mengaku siap jika Partai Demokrat mengambil jalur hukum melaporkannya atas ujaran kebencian. “Saya siap (dilaporkan), apapun risikonya saya terima. Kalau Demokrat mau main silahkan. Dia (SBY) guru besar, saya guru besar, dia singgung Jokowi, saya tanggapi kenapa dia tidak balas. seharusnya dia jujur. Sekarang orang-orang di bawah yang ribut bukan dianya. Harusnya SBY tampil, kami berdua cerita (diskusi), kalau saya salah saya minta maaf. Silahkan dua-dua (SBY dan AHY) tampil, jangan yang kecil, kroco yang menjilat. Jangan suruh anak buahmu lawan saya,” bebernya.

Baca juga:  Rektor UI: Penyesuaian Harga BBM demi Ketahanan Fiskal

Leonard sendiri mengaku ingin diskusi dengan SBY dan AHY atau paling tidak membalas cuitannya. Namun, dia menyebut apapun yang dibuatnya tidak ditanggapi baik SBY dan AHY. “Mereka menghindar. Kalau saya komentar mereka tidak balas itu saya bilang mereka tidak berani balas, jujur, saya tidak pernah delete Twitter. Kalau bisa debat terbuka pakai Bahasa Inggris supaya bisa buktikan kau (SBY) hebat,” lanjutnya.

Leonard mengaku tidak suka SBY selalu mengucapkan kata prihatin jika ada persoalan. Dia membandingkan ke mantan presiden yang tidak ikut campur. “Kenapa dia selalu prihatin, dia kan mantan presiden, contoh Habibie tidak masukan keluarganya, kalau dia (SBY) bersuara anaknya (ikut) bersuara. Rata-rata mantan Presiden tidak pernah berpikir seperti kau (SBY), mereka selalu pikir damai-damai. Sudah di hari tua bukannya berpikir baik, (malah) selalu tampil untuk anaknya,” tukasnya.

Soal tudingan panjat sosial (pansos) atau cari perhatian (caper) ke Jokowi, Leonard menampiknya juga. “Bukan saya mau cari jabatan, (seperti) menteri, saya professor saja sudah cukup. Kalau saya masuk ke dalam saya tidak bisa bersuara lagi,” tegasnya.

Tentang cuitannya yang heboh dijelaskannya juga tidak ada kaitan dengan USU dan pihak rekrorat tidak pernah mencampuri itu. “Enggak ada (USU heboh), makanya saya senang pindah ke USU, USU tidak pikir yang begini, mereka pikir asal pengajaran jalan, kita laksanakan penelitian ilmiah lengkap. USU tidak pernah urus yang begitu, kegiatan akademis saya jalan, namanya medsos berpolemik wajar,” pungkasnya. (nin/pojoksatu)