Gerombolan Radikalisme Menguat, Aktivis 98 & Relawan Jokowi Seluruh Indonesia Adakan Konsolidasi Nasional

Aktivis 98 dan para relawan Joko Widodo (Jokowi) seluruh Indonesia mengadakan konsolidasi nasional dalam menghadapi menguatnya intoleransi dan radikalisme.

Acara konsolidasi nasional Aktivis 98 dan Relawan Jokowi diselenggarakan di Bogor, Jawa Barat, Sabtu (5/12/2020).

Adapun penyelenggara kegiatan konsolidasi nasional ini, Pusat Informasi dan Jaringan Aksi Reformasi 1998 (Pijar 98) bersama Perhimpunan Pergerakan Jejaring Nasional Aktivis 98 (PPJNA 98).

“Menguatnya aksi-aksi radikalisme jelas mengganggu agenda-agenda mendesak pemerintah,” kata Ketua Umum Pijar 98 Sulaiman Haikal dalam pernyataan kepada wartawan, Jumat (4/12/202).

Haikal mengatakan, radikalisme dan intoleransi, terutama pasca-kedatangan Imam Besar FPI, Habib Rizieq Syihab (HRS) ke Indonesia.

Kata Haikal, munculnya radikalisme dan intoleransi mengganggu penanggulangan pandemi Covid-19 dan pemulihan ekonomi rakyat yang tengah menderita.

Haikal meminta agar pemerintah segera mengambil langkah tegas memulihkan supremasi hukum dan mengembalikan kewibawaan negara.

“Kita akan susun poin-poin tuntutan bersama kawan-kawan aktivis 98 seluruh Indonesia, sekaligus menyusun agenda aksi bersama melawan radikalisme dan intoleransi,” jelas Haikal.

Sementara itu Ketum PPJNA 98 Anto Kusumayuda mengatakan, para aktivis 98 merasa perlu untuk mengambil sikap terkait munculnya radikalisme dan intoleransi berbungkus agama di Indonesia.

“Kasus di Sigi membuktikan ancaman radikalisme dan intoleransi di depan mata. Belum lagi kelompok-kelompok yang menjual agama untuk kepentingan politik kekuasaan,” paparnya.

Anto mengatakan, aparat penegak hukum diinjak-injak ketika aparat kepolisian dihalang-halangi laskar FPI yang akan mengantarkan surat pemanggilan ke HRS. “FPI sudah melawan institusi negara. Pemerintah tidak boleh kalah dengan mereka,” ungkap Anto.

Mantan aktivis Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Yogyakarta ini mengatakan, memuji langkah Kapolri Idham Azis yang mengatakan, polisi tidak boleh kalah ormas premanisme dalam menyikapi FPI.

“Jangan sampai ormas premanisme melalui institusi negara. Hukum harus segera ditegakkan,” jelas alumni Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) ini.

Selain itu, ia menyinggung munculnya penceramah agama dengan narasi caci maki dan kebencian. Hal ini menjadi salah satu ancaman bagi bangsa Indonesia. “Penceramah agama hanya bermodal mengaku keturunan Nabi dan menyebarkan kebencian dan caci maki justru merusak agama Islam,” paparnya.

Lebih jauh ia menyebut ada upaya pihak-pihak tertentu yang ingin menjatuhkan Presiden Jokowi di tengah jalan. Karena itu, para aktivis meminta Presiden Jokowi bersikap tegas terhadap gerombolan yang ingin menjatuhkan pemerintahan yang sah.