Membayar Tunai Kesombongan Mahfud MD

Oleh: Iwan Balaoe

Bandar udara (Airport) merupakan salah satu obyek vital tempat lalu-lintas pergerakan manusia dan barang antar kota/pulau/negara. Bandara juga merupakan pusat kegiatan ekonomi dan bisnis yang mampu memberikan kontribusi pendapatan negara. Mengingat sedemikian vitalnya fungsi bandara, maka setiap bandara dikelola dengan sistem pengamanan yang terintegrasi.

Karena vitalnya sebuah bandara, penjagaan bandara termasuk salah satu prioritas utama.

Dalam suatu perang sekalipun, bandara harus mampu dijaga dan dipertahankan agar tidak jatuh ke pihak lawan. Apabila lawan mampu menguasai bandara, maka habis sudah sebuah negara karena objek vitalnya sebagai lalu lintas barang dan orang bisa dikuasai pihak lain.

Karena sebuah kesombongan Mahfud MD yang meremehkan Imam Besar, hari ini jemaah beliau memadati bandara dan jalur jalan menuju bandara. Ratusan ribu jemaah tidak tertampung lagi didalam bandara, sisanya menunggu dipintu keluar dan sepanjang jalan menuju Petamburan.

Kehadiran jemaah Iman Besar membuktika bahwa perkataan Mahfud MD salah besar. Mereka yang datang dan menyambut Imam Besar belumlah bisa dikatakan semuanya. Kalau boleh memberi persentase, hanya 10% yang datang ke bandara. Karena mereka sebagian besar adalah jemaah yang lokasinya bisa dijangkau dengan jalan darat.

Di luar jemaah tersebut, jutaan jemaah Imam Besar mengikuti perkembangan melalui jejaring ditangannya.

Kesombongan Mahfud harus dibayar mahal ketika kegiatan keseharian bandara harus mengalami penundaan untuk reschedule jadwal keberangkatan dan kedatangan.

Jika dinominalkan dengan materi, pastinya bandara Soetta mengalami kerugian yang cukup besar akibat membludaknya massa menyambut Imam Besar.

Sebuah kerugian yang harus ditanggung karena kesombongan para pejabat negara yang asal bicara.

Jika ingin berniat buruk, bisa saja massa menguasai bandara tanpa bisa dihentikan. Jika ingin berniat buruk, bisa saja sebuah revolusi dimulai dari sini. Namun hal itu bukanlah sikap jemaah Imam Besar.

Kehadiran mereka adalah peringatan untuk kedepan, bahwa esok pemerintah harus mulai berpikir sebelum mengeluarkan kebijakan. Karena esok, situasinya tidak akan sama lagi dengan seperti kemarin.

Telah hadir sang Imam yang mampu menggerakkan jutaan masyarakat untuk berjuang bersamanya. Telah datang sang pahlawan yang selama ini dirindukan. Sang pencerah itu telah hadir ditengah masyarakat dan menunggu komando darinya.

Mahfud dan Dubes indonesia di Saudi harus malu melihat fakta hari ini. Segala framing yang mereka keluarkan dengan diskreditkan Imam Besar, ternyata tidak membawa hasil ke arah yang mereka inginkan.

Sebuah bandara kebanggaan negara bisa didatangi lautan manusia menyambut kedatangan satu orang yang dirindukan, adalah sebuah peringatan yang ingin disampaikan.

Jangan sombong..
Jangan menantang..

Imam Besar telah datang..