Saat ini ada persepsi dari masyarakat, Presiden Joko Widodo (Jokowi) butuh suara Islam hanya saat kampannye Pilpres saja.
“Jika Pak @jokowi diam thd masalah ini, saya khawatir makin kuat persepsi bhw Pak Jokowi hanya butuh umat Islam saat kampanye capres aja,” kata Ketua GP Ansor Luqman Hakim @LuqmanBeeNKRI.
Persepsi dari masyarakat itu, kata Luqman karena belum ada pernyataan resmi Presiden Jokowi yang mengecam Presiden Prancis Emmanuel Macron. “Sampai saat ini, saya blm dengar/baca pernyataan Pak @jokowi sbg Presiden negeri muslim terbesar soal ini.
Luqman menyatakan Macron kerap menghina Islam selama sebulan belakangan ini. Ia mencontohkan pernyataan Macron yang dianggap menyinggung umat muslim adalah kalimat, “Islam adalah agama yang sedang mengalami krisis di seluruh dunia”.
Kontroversi pernyataan Macron itu dimulai sejak awal Oktober. Saat itu Macron menyampaikan pernyataan tentang ancaman kelompok radikal Muslim yang ingin mengubah nilai-nilai liberalisme dan sekulerisme di Prancis.
Setelah pernyataan itu, meletus tragedi seorang guru sejarah di Prancis bernama Samuel Paty (47), dipenggal di daerah Eragny oleh seorang pemuda pendatang dari Chechnya, Abdoullakh Abouyezidovitch (18) pada 16 Oktober.
Pemicunya diduga Paty sempat membahas tentang kartun Nabi Muhammad S.A.W., di dalam kelas. Di awal, dia sudah mengizinkan sejumlah pelajar Muslim untuk keluar kelas jika tidak sepakat dengan materi yang dia bahas.
Setelah insiden itu, Macron kembali melontarkan pernyataan kontroversi bahwa pelaku adalah seorang radikal Muslim. Dia menyebut Paty sebagai martir karena mengajarkan kebebasan berpendapat.