Mati Ketawa Ala Indonesia

Oleh: M Rizal Fadillah

Ini usulan nyeleneh petinggi Golkar Leo Nababan untuk Pilpres 2024 yaitu Airlangga sebagai Capres dan Cawapresnya Jokowi. Usulan “out the box” ini menggelikan. Bahkan bisa membuat tertawa terbahak-bahak sampai mati. Mati ketawa ala Indonesia.

Nababan berharap kemudiannya Jokowi maju kembali sebagai Capres untuk mengawal pembangunan hingga tahun 2045. Keberadaan sebagai Cawapres ini hanya untuk menerobos ketidakbolehan untuk menjabat Presiden lebih dari dua kali berturut turut.

Aneh cara berfikir politisi ini, kalkulasi pragmatik, kadang salah baca seolah Jokowi itu tokoh karismatik. Bacaan rakyat justru Jokowi gagal memimpin bangsa ini, terlebih pada periode kedua dari kepemimpinannya. Siapa pun yang menggandeng Jokowi dipastikan bakal rontok.

Buang dulu fikiran mekanisme keterpilihan dengan cara curang. Karena cara ini hanya bisa mendustai sesaat tetapi akan tercatat sepanjang hayat. Leo Nababan dan politisi lain pendukung Jokowi apa bisa menghapus jejak keterpilihan Jokowi pada Pilpres 2019 dengan dugaan kemenangan berbingkai rekayasa dan manipulasi angka?

Mampu bertahan hingga 2024 itu sudah hebat. Kisah kepemimpinan Jokowi diduga akan bertambah gawat. Hari ke hari berjalan tertatih-tatih akibat kebijakan yang tidak merakyat. Selalu saja membuat gelisah dan kecewa berat. Urusan Omnibus Law saja terus diganggu-gugat.

Jika Presiden bergeser menjadi Wapres maka nasib “dilupakan” akan sama dengan Ma’ruf Amin. Hilang otoritas kepemimpinan dalam mengelola negara. Belum lagi jika ada bongkar bongkaran dosa politik saat menjabat Presiden. Sebagai Wapres tentu proteksi kekuasaan menjadi lemah, apalagi jika “dilepas” oleh Presiden.

Jadi terbayang model “mati ketawa cara Rusia”. Seorang warga berteriak “Nikolay goblog” lalu ia ditangkap oleh KGB. Ia berkelit bahwa yang dimaksud adalah Nikolay yang lain. Tetapi petugas KGB itu tetap bersikukuh “Kalau kau teriak Nikolay goblog, maka pasti itu adalah Kaisar”.

Jika nantinya pak Jokowi siap posisinya hanya sebagai Wapres, sudah barang tentu akan membuatnya imut-imut. Rakyat pun tertawa tanpa jeda.

Dan inilah “mati ketawa ala Indonesia”.

*) Pemerhati Politik dan Kebangsaan.

Bandung, 28 Oktober 2020