Pesan Tersirat dari Insiden TMP Kalibata

Oleh : Anton Permana
(Komite Kajian Strategis KAMI)

Kegiatan ziarah Purnawirawan Pengawal Kedaulatan Negara (PPKN) hari ini dalam rangka memperingati tragedi kebiadaban G/30/S/PKI, di TMP Kalibata dimana tempat makam Pahlawan Revolusi Jendral Anumerta Ahmad Yani yang menjadi salah satu korban kebiadaban PKI pada tahun 1965.

PPKN itu pagayuban atau organisasi para Pati, Pamen, Pama, Bintara bahkan tamtama yang anggotanya ribuan di seluruh nusantara.

Kenapa ziarah ini penting di adakan? Karena sebagai bangsa yg besar jangan pernah melupakan sejarah kelam agar sejarah buruk kudeta dan pengkhianatan PKI ini tidak terulang kembali.

Tujuannya adalah ; Sebagai inspirasi, motivasi, sugesti, atas segala jasa pengorbanan para pahlawan dan pejuang terdahulu yang dikubur sebagai syuhada dan pahlawan bangsa.

Semangat dan motivasi dari ziarah ini juga memberikan sinyal kepada seluruh anak bangsa, bahwasanya sebagai Prajurit sapta marga tak akan pernah rela membiarkan kedaulatan dan ideologi negara diganggu dan dirongrong oleh kelompok politik tertentu.

Sebagai prajurit dan tentara yang hidup dan matinya sudah didedikasikan buat negara. Setiap saat, selagi masih ada nafas di badan, siap bertempur kapanpun mengenakan helm, sepatu, baju loreng dan senjatanya kembali demi menyelamatkan bangsa ini dari kehancuran.

Kenapa ini perlu di tegaskan, karena sudah secara terang benderang ada upaya sistematis untuk mengganti Pancasila menjadi Eka Sila. Dimana semua ini disinyalir, tidak lebih dari bentuk nyata kembali bangkitnya gerakan neo komunis atau neo-PKI di bumi Pancasila.

Untuk itulah PPKN juga dengan tegas menyatakan akan mendukung penuh gerakan yang dilakukan oleh KAMI (Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia) dalam melawan kebangkitan neo komunis, dan membela Pancasila demi keutuhan NKRI ke depan.

Selanjutnya, PPKN juga memberikan pesan bahwa, setiap prajurit tentara yang telah disumpah atas nama Tuhan Yang Maha Esa untuk setia kepada Pancasila dan UUD 1945 harus diwujudkan dalam sikap yang nyata. Tidak ambigu, tidak ragu-ragu yang akhirnya justru tunduk dan masuk dalam perangkap politik kekuasaan sekelompok orang. Jangan sampai
jadi pengkhianat bangsa.

Baca juga:  Pidato Dagelan Presiden Jokowi

Secara umum kegiatan berjalan sukses. Meskipun mendapat gangguan dari para pendemo yang disinyalir digerakkan oleh kekuatan besar. Karena tak ada satupun petugas yang “berani” menyentuh mereka berorasi dan membuat provokasi.

Dan para purnawirawan tentu sangat menyayangkan hal ini, karena kegiatan PPKN adalah ziarah terpimpin (tradisi militer) dalam memperingati G 30 S PKI, tetapi dikotori oleh demonstrasi dan provokasi gerombolan kebal hukum. Yang bebas berorasi dan berteriak selama berjam-jam dengan speaker besar.

Sangat berbeda perlakuannya terhadap peserta ziarah purnawirawan TNI. Yang semua diataur, dibatasi, bahkan untuk berbicara sepatah katapun tidak diperbolehkan.

Sampai terjadi insiden “persekusi” terhadap ketua PPKN Letjend Purn Mar Suharto yang diserobot oleh Dandim agar berhenti berbicara. Sangat tidak sopan sekali.

Seorang kolonel “tega” mempersekusi purnawirawan bintang tiga marinir seniornya. Langka ini terjadi dalam dunia tentara.

Beruntung para purnawirawan sabar dan memahami bahwa sang kolonel hanya melaksanakan perintah atasannya. Dan tentu sebagai purnawirawan perwira tinggi TNI tak mau terpancing untuk diadu domba dengan para juniornya yang menggunakan alasan covid-19.

Mereka berupaya kuat menggembosi kegiatan PPKN dengan berbagai alasan dan aturan. Dengan hanya membatasi 30 orang untuk masuk kedalam makam Pahlawan. Padahal masih ada ratusan lagi para purnawirawan yang ingin sekali berdoa, tabur bunga buat para senior dan pendahulunya sesama prajurit TNI.

Artinya, dengan kejadian ini dapat disimpulkan bahwa yang tidak suka dengan kegiatan ziarah purnawirawan TNI ini tentu otomatis pasti dari kelompok neo PKI. Walaupun mereka berkamuflase memakai baju lain. Atau menggunakan tangan orang lain dan kekuasaan.

Untuk itulah, kemudian para purnawirawan ini menghimbau kepada seluruh anak bangsa, khususnya keluarga besar TNI agar tetap setia kepada Pancasila dan UUD 1945 yang asli. Dan SIAGA SATU atas kembali bangkitnya neo-PKI !

Mendahulukan kepentingan negara diatas kepentingan pribadi jabatan. Jangan pernah jadi pengkhianat. Jangan pernah jadi penjilat. Karena ada masanya nanti roda berputar musim berganti. Masa pensiun pasti datang. Dan apapun pangkat dan jabatannya pasti akan kembali menjadi rakyat sipil biasa.
Jangan pernah lengah, jangan pernah lupa, dan jangan coba-coba khianati negara dan rakyat. Pasti kualat.

Baca juga:  Butet Kartaredjasa: Reinkarnasi Lekra

**

Hadir dalam kegiatan PPKN ini lengkap para mantan kepala staf tiga matra yaitu ; mantan KSAL diwakili Laksmana TNI Purn Slamet Subianto. Mantan KSAU Marsekal TNI Purn Imam Sufaat. Dan mantan KSAD serta mantan Panglima TNI, Jendral TNI Purn Gatot Nurmantio.

Tidak hanya itu, hadir sebagai pemarkasa kegiatan ketua PPKN Bapak Letjen TNI Purn Mar Suharto, mantan Danjen Koppasus Mayjend TNI Purn Sunarko, Mayjend TNI Purn Herros, Mayjen TNI Purn Lodewijk Pusung mantan Pangdam I BB dan Assop Panglima TNI. Banyak lagi para pensiunan PATI, Pamen, Pama, Bintara, dan tamtama dari tiga matra. Baik Koppasus TNI AD, marinir TNI AL, dan Kostrad.

Suasana semakin kompak dan meriah karena berjejer para pasukan loreng baret merah, baret jingga, baret hijau, dari Ormas FKPPI, Ormas Bang Japar (Jawara), FPI, BAT-FPI, PPM, barisan emak-emak militan yang begitu hangat dan kompak.

Sempat terjadi upaya provokasi dari pendemo yang mencoba menggagalkan kegiatan. Tapi setelah kegiatan selesai, berhasil di pukul mundur hingga pendemo yang kebal hukum tadi lari terbirit-birit dikejar oleh gabungan pasukan dan satgas baik dari FKKBM (baret merah), FPI, FKPPI, PPM, dan jawara.

Kejadian di TMP Kalibata hari ini adalah bentuk nyata prilaku penguasa yang semakin otoriter, anti kritik, super paranoid, dan sangat tidak menghormati lagi para mantan prajurit TNI yang telah berjasa terhadap negeri ini. Sampai untuk ziarah makampun mereka dihalang-halangi. Terlalu !

Semoga di kemudian hari perlakuan seperti ini tidak terjadi lagi. Karena bisa-bisa akan merusak keutuhan NKRI. Dan bisa memancing konflik horizontal. Karena kebebasan rakyat yang sudah dijamin konstitusi terus dibelenggu dan diintimidasi secara arogan, pasti akan melahirkan sebuah perlawanan.
Tetap waspada!
Salam Indonesia Jaya.

Jakarta, 30 September 2020.