PPJNA 98: Gatot Nurmantyo Banyak Ngibul, Gunakan Cara PKI Adu Domba Rakyat & Internal TNI

Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo banyak ngibul (berbohong) tentang munculnya PKI. Ia sendiri menggunakan cara PKI untuk adu domba rakyat dan internal TNI.

Demikian dikatakan Ketua Umum Perhimpunan Pergerakan Jejaring Nasional Aktivis (PPJNA) 98 Anto Kusumayuda dalam pernyataan kepada suaranasional, Ahad (27/9/2020). “Saat jadi Panglima TNI Gatot pernah mengatakan isu komunis untuk adu domba. Sekarang berubah dan mengatakan, ada isu PKI,” ungkapnya.

Kata Anto, Gatot menggunakan isu PKI sebagai upaya menggalang kekuatan dalam melawan Presiden Jokowi. “Isu PKI dianggap bisa menyatukan dan memunculkan kemarahan umat Islam. Padahal, ini hanya syahwat politik Gatot untuk meraih popularitas dan mengambil kekuasaan,” papar Anto.

Baca juga:  Gentari Ingatkan Adanya Kelompok Pengacau Adu Domba TNI/Polri dengan FPI

Anto mengatakan, isu PKI pada bulan September 2020 sebagai pemanasan untuk menggoyang pemerintahan Jokowi. “Pada Desember 2020, Gatot, KAMI maupun kekuatan lain akan berupaya menjatuhkan pemerintahan Jokowi karena adanya resesi ekonomi dan negara bangkrut,” jelasnya.

Sekjen PPJNA 98 Abdul Salam Nur Ahmad meminta Presiden Jokowi untuk menginstruksikan kepada Panglima TNI dan Kapolri untuk mengawasi pergerakan Gatot Nurmantyo dan KAMI. “Diduga Gatot Nurmantyo memiliki pasukan siluman loyalis Gatot yang bisa melakukan teror,” papar Abdul Salam.

Abdul Salam, ada dugaan pasukan siluman loyalis Gatot merekrut sipil yang dipersiapkan untuk membuat kekacauan. “Isu munculnya PKI, sipil dilatih semi militer padahal bisa digiring untuk membuat kekacauan untuk menjatuhkan Presiden Jokowi,” jelasnya.

Baca juga:  Akibat PKB tak Dukung Ahok, Kemenristek Dikti Digoyang Isu Suap Pemilihan Rektor PTN

Kata Abdul Salam, di media sosial baik di Facebook, Twitter maupun Instagram sudah muncul gerakan untuk menjatuhkan Presiden Jokowi. “Opini terus digiring melalui media sosial untuk menjatuhkan Jokowi,” pungkas pria yang pernah berjalan dari Bandung-Jakarta meminta Soeharto turun dari jabatannya.