Berharap Masuk Surga

Taushiah: KH. Luthfi Bashori
Transkrip: Rizal Affandi

Sayyidina Anas bin Malik ra menceritakan bahwa Sayyidah Ummu Mubarri’ binti Barrah yang juga Ibu Sayyidina Haritsah bin Suraqah, menemui Rasulullah SAW dan berkata: “Wahai Nabi, ceritakan kepada saya tentang Sayyidina Haritsah, karena ia meninggal pada saat Perang Badar, terkena panah yang menyasar, jika dia masuk surga maka saya akan sabar, tapi jika dia tidak di sana berarti di neraka maka sungguh saya akan menangisinya.”

Rasulullah SAW bersabda: “Hai Ummu Mubarri’, sungguh dalam surga itu ada beberapa tingkat dan anakmu memperoleh Surga Firdaus, tingkat tertinggi.” H.R. Al-Bukhari.
Subhanallah…

Ternyats ada seorang sahabat wanita yang mempunyai anak bernama Sayyidina Haritsah bin Suraqah.

Tatkala Perang Badar putranya ini meninggal dunia atau mati syahid.

Masalahnya, Sebagai seorang ibu, beliau mengadu kepada Rasulullah SAW, yg kira-kira maksudnya: “Saya dan anak saya berkorban dalam Perang Badar ini. Jadi saya ingin tahu nasib anak saya yang meninggal di Perang Badar membela Islam itu, di mana letaknya? Masuk surga atau masuk neraka? Kalau masuk surga, saya Ikhlas. Alhamdulillah pengorbanan anak saya ini sangat berarti dan mempunyai nilai yang besar. Tapi kalau anak saya sampai masuk neraka, sudah berkorban tapi tetap masuk neraka. Kok bisa?”

Ya, tentu ada saja, kadang ada orang yang berperang memang atas nama Islam, tapi sesungguhnya tujuannya bukan untuk memenangkan agama Allah tapi dia niat: “Kalau aku ikut perang dan Islam itu menang, maka aku akan dapat rampasan perang atau harta rampasan.”

Niatnya dapat itu, maka dia hanya mendapat rampasan perang saja, tidak dapat pahala, apalagi janji masuk surga.
Tapi kalau dia betul-betul niat perang fisabilillah, untuk membela agama Allah, kalau dia meninggal dunia maka meninggalnya itu syahid dan itu jaminannya adalah surga.

Karena itulah Ibu dari Sayyidina Haritsah bertanya kepada Rasulullah: “Bagaimana nasib anak saya wahai Rasulullah, yang sudah meninggal dunia dalam Perang Badar.”

Rasulullah menerangkan: “Wahai ibu, di surga itu ada beberapa tingkatan.”

Mungkin kalau saya gambarkan, agar lebih mudah bagi kalangan awwam khususnya, kan kalau kita sekolah itu, ada sekolah TK kemudian sekolah SD kemudian sekolah SMP kemudian sekolah SMA kemudian Perguruan Tinggi.

Kalau dalam dunia sekolah formal itu paling tinggi kedudukannya adalah seorang Profesor.

Ternyata di surga begitu juga, bisa dikatakan orang masuk surga tingkatannya tingkat TK, bagaimana itu ?

Yaitu orang yang hanya membaca syahadat, setelah itu sama sekali tidak pernah melakukan amal ibadah yang baik-baik. Bahkan dia ini ahli berbuat kejahatan.

Benar dia akan masuk neraka terlebih dahulu untuk beberapa saat, ibarat membersihkan diri dari kejahatan yang pernah dilakukan, tapi karena dia sudah bersaksi dengan membaca syahadat, maka dia adalah seorang muslim, dan suatu saat dia dikeluarkan dari neraka lantas dimasukkan ke surga. Ini ibarat dia masuk surga kelas TK.

Bagaimana surga kelas TK itu? Ya tentunya ada kenikmatan-kenikmatan, seperti orang masuk TK kan ada kesenangan, tapi dia tidak bisa melihat sesuatu yang lain ibarat pelajaran dia tidak bisa mendapat pelajaran matematika, bahasa Inggris dan lain-lain.

Berbeda dengan orang yang berada di tingkat yang lebih tinggi dari kelas TK yaitu SD, ini adalah orang yang misalnya dia sudah baca syahadat kemudian dia telah beramal baik, tapi maksiatnya lebih banyak dari amal baiknya, maka dia akan masuk surga walaupun melalui proses ke neraka, tapi dia bisa masuk surga sebut saja kelasnya kelas SD. Demikian dan seterusnya.

Semakin orang itu baik perilakunya, walaupun dia bermaksiat, tapi perilaku kebaikannya itu lebih dominan, ibarat dia akan masuk surga karena amal ibadahnya lebih banyak, maka seakan-akan dia ini masuk surga kelasnya kelas mahasiswa, begitu dan seterusnya.

Kalau ada orang yang tidak punya dosa sama sekali yaitu seperti para Nabi, Shiddiqin, Syuhada dan orang-orang sholeh, mungkin ibaratnya itu adalah kelasnya dosen-dosen bahkan yang paling tinggi yaitu kelasnya Profesor.

Barangkali seperti itu kalau ini mengikuti tingkatan-tingkatan standar pendidikan umum, ini sekedar taqribul fahm atau memudahkan pemahaman kalangan awwam.

Jadi di surga itu ada tingkat-tingkat, sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Wahai Ibu, putramu meninggal tatkala Perang Badar itu berada di Surga Firdaus, yang paling tinggi.”

Karena apa?

Karena dia berkorban nyawa demi untuk kemaslahatan agama Islam. Inilah yang namanya Mujahid fisabilillah.