Agama Dirusak oleh Oposisi yang Tamak

Oleh Ayik Heriansyah
Pengurus LD PWNU Jabar

Mengambil posisi yang berseberangan dengan pemerintah, bukanlah perkara yang tercela, bila dimaksudkan untuk menjadi penyeimbang, pemantau dan pengingat pemerintah jika melenceng dari rel konstitusi.

Menerima, taat dan setia kepada konstitusi menjadi syarat bagi seseorang untuk menjadi warga suatu negara. Kewarganegaraan bukan ditentukan oleh aqidah, madzhab, tarekat, partai atau ormas tertentu yang dianut seseorang.

Oleh sebab itu konstitusi negara yang menjadi acuan bagi kelompok oposisi dalam mengkritisi pemerintah. Bukan mafahim (pemahaman), maqayis (standar) dan qana’ah (keyakinan) yang diadopsi kelompok oposisi. Sehingga suara oposisi tetap dalam koridor aturan main bernegara.

Benar salah, baik buruk dan terpuji tercela kebijakan pemerintah dinilai dari kesesuaiannya dengan konstitusi, bukan dari kesesuaiannya dengan kepentingan kelompok oposisi.

Oposisi yang sehat lahir dari rasa cinta terhadap pemerintah, bangsa dan negara. Sebagai bentuk kepedulian terhadap permasalahan umat. Oposisi yang muncul dari hati nurani yang bersih, yang tidak tercampuri oleh birahi kekuasaan politik. Oposisi yang konstruktif, produktif dan solutif dengan suara yang lembut, santun, penuh kejujuran dan keikhlasan.

Baca juga:  Menimbang Konsep Ekonomi Darul Ahdi wa Syahadah

Dalam realitasnya, ada kelompok oposisi yang dibangun dari sifat tamak, menginginkan kursi kekuasaan dan jabatan yang sedang diduduki pemerintah jatuh ke kelompok mereka.

Mereka sebenarnya tidak peduli, pemerintahan berjalan sesuai konstitusi atau tidak. Sebab, mereka dengki dan tamak dengan kekuasaan dan jabatan yang ada di tangan pemerintah. Dasar sikap oposisi mereka adalah kebencian.

Oleh karena itu mata hati (bashirah) mereka buta dikarenakan tiga hal: 1. Terbiasa bermaksiat yaitu menanamkan kebencian dan kemarahan masyarakat kepada pemerintah. 2. Tamak terhadap kekuasaan, yaitu mereka ingin mengambilalih kekuasaan yang sedang berjalan. 3. Merekayasa ketaatan kepada Allah swt yaitu berdandan, bersikap dan berbicara meniru orang-orang ‘alim dan shalih untuk mendapatkan dukungan dan simpati dari masyarakat awam.

Kerusakan agama karena tamak. Kebaikan agama karena wara’. Syaikh Ibnu ‘Atha’illah mengatakan dalam hikmahnya: “Cabang-cabang kehinaan tidak akan tumbuh menjulang, kecuali di atas benih tamak”.

Maksudnya, kata Syaikh Zarruq: “Siapa pun yang memelihara tamak maka kehinaannya semakin lama dan panjang. Tamak adalah benih karena tamak merupakan asal muasal segala kehinaan, dan kehinaan adalah dahan dan ranting dari benih itu.

Baca juga:  Ibu Kota Baru Sebagai Syahwat Nekolim

Syaikh Abul Abbas al-Mursi mengatakan, “tamak”, terdiri dari tiga huruf. Seluruhnya terletak pada organ mulut dan pasangannya adalah organ perut sehingga orang yang tamak tidak akan pernah merasa puas dan kenyang. Selain itu, ketiganya huruf kering sehingga apa pun yang terkait dengannya juga kering dan hampa.

Kelompok oposisi yang tamak terhadap kekuasaan dan jabatan dengan membawa-bawa simbol agama Islam, menambah beban bagi umat. Mereka hakikatnya sedang merusak Islam dan umatnya, tapi mereka tidak sadar. Selain itu, citra Islam menjadi buruk, di mata orang awam dan di mata penganut agama yang lain.

Semoga Allah swt menyelamatkan bangsa dan negara kita dari kelompok oposisi yang tamak.