Judul Vulgar Rugikan Citra Rahayu Saraswati

Sungguh terkesima saya saat membaca judul artikel penulis ambivalen Zeng Wei Jian, “Dua Orang Sex Rambo” yang isinya mengexploitir tweet Panca bersahut oleh Said Didu terkait ‘paha mulus banget’ Calon Wakil Walikota Tangsel, Saraswati Rahayu.

Sebagai pendukung Rahayu Saraswati yang saya sesungguhnya lebih berharap menjadi Calon Walikota ketimbang Wakil, melihat vulgarnya judul dengan konten isi yang ditulisnya bukanlah cara menjernihkan persoalan terkait “pelecehan” saja. Tetapi menjurus kepada kupasan sexual imaginative yang tidak proposional lagi.

Seharusnya publik juga perlu tahu bahwa estetika kecantikan milik wanita termasuk yang dikagumi para pria bahkan wanita itu sendiri tidaklah melulu berkonotasi urusan sexual. Memuji “alangkah cantiknya wajah Shinta (nama perumpamaan) yang bersinar” tidak serta merta harus diartikan secara sadis ke arah pelecehan.

“Aduhai alangkah sempurnanya pinggul pengusaha wanita itu” sampai titik ini masih termasuk pujian, tetapi bila ditambahi embel-embel “..ingin rasanya aku……” yang masuk ranah pelecehan maka protes dan pakai jalur hukum adalah layak sekali, walaupun masih terbatas pada pelecehan verbal.

Karena Pilkada itu ranah politik, maka seharusnya sebagai pendukung memahami adanya upaya penghancuran lawan dari berbagai sisi, utamanya yang terkait hadirnya citra simpatik dan keyakinan tujuan berlandaskan moralitas. Yang terakhir ini agak sulit buat dilakukan Zeng karena dia berprinsip tidak ada moral selain politik.

Alih-alih menyerang lawan secara berlebihan apalagi pihak belakang belaka, hanyalah menyia-nyiakan waktu dan konsentrasi yang mestinya dipakai untuk langkah strategis dan khas yang tak mudah terbaca lawan.

Tentu membela kasus dugaan pelecehan adalah wajib, tetapi karena ini ada unsur politik yang dalam satu dua hal ada perilaku ‘menghalalkan’ segala cara, maka menghadapi secara frontal umpan lawan tidak melulu harus dilakukan.

Bahasa imajinatif yang memanasi seakan bisa jadi korban grepe-grepe lelaki, bukanlah hal yang positif. Ini bahasa murahan dan tidak perlu membangun “kekurang ajaran” baru lainnya seperti itu.

Sudut pandang dan kemampuan ‘merubah hinaan menjadi kehormatan’ harus dimiliki oleh tim sukses Rahayu Saraswati. Tidak cukup dengan dukungan berupa ulasan artikel yang terkadang malah kontra produktif. Apalagi penulisnya sudah minim penggemarnya.

Kemenangan tidak pernah diperoleh dari kemarahan, tetapi dengan akal brilian yang mampu merubah kelemahan sebagai kekuatan, bahkan tahu memakai marah pada tempatnya. Belajarlah cara Sun Tzu, ahli perang Negeri Kerajaan Tiongkok, bila perlu.

Ekses judul vulgar yang kontennya berisi kevulgaran imajinatif lainnya itu, tanpa sadar bisa menjadi kontra produktif terhadap sosok yang dibelanya, dalam hal ini Calon Wakil Walikota Tangsel, Rahayu Saraswati…

Adian Radiatus