Wartawan Senior: Orasi Ilmiah Pengukuhan Guru Besar Henry Subiakto Sekelas Makalah S1

Orasi Ilmiah pengukuhan Guru Besar Universitas Airlangga (Unair) Henry Subiakto sekelas makalah strata satu (S1).

“Ternyata orasi ilmiah pengukuhan guru besar Pak @henrysubiakto bertajuk “Transformasi Teknologi Komunikasi Digital terhadap Perubahan Sosial sebagai Persoalan Aktual”, 30 April 2016, pun menuai masalah terkait kemampuan berbahasa. Judul seperti itu, khas makalah mahasiswa S1,” kata wartawan senior Edy Effendi di akun Twitter-nya @Effendi____.

Kata Edy, tesis yang dikembangkan dalam orasi pengukuhan Guru Besar Henry Subiakto sangat terbelakang.

“Tesis yang dikembangkan Pak @henrysubiakto terkait transformasi teknologi dalam orasi pengukuhan guru besarnya, 2016, sangat terbelakang. Fenomena digi-sein sudah ditulis Heidegger dengan tajuk “Being and Time” sebelum Perang Dunia II dan internet of thing, belum lahir,” ungkapnya.

Selain itu, Edy mengatakan, Henry Subiakto tidak perlu banyak mengeluh termasuk membela diri di Twitter setelah kalah berdebat dengan Rocky Gerung.

“Jadi begini Pak @henrysubiakto Saya bukan fans RG karena saya tahu siapa RG sejak era 80-an. JIka Anda kalah berargumentasi di TV, jangan membuang residu di layar twitter. Pelarian seperti ini, membuang residu, bukan derajat seorang intelektual, apalagi seorang guru besar,” ungkapnya.

Kata Edy, kelakuan seperti Henry Subiakto di kampus itu banyak. “Di kampus, orang seperti @henrysubiakto banyak. Maksud banyak, banyak omong tapi tak punya karya besar. Gak sebanding dengan tunjangan terkait label profesor,” jelasnya.

Banyak juga yang jarang masuk kelas, jarang ngajar. Asistennya yang masuk. Sang profesor sibuk cari proyek penelitian,” pungkasnya.