Kekerasan di Solo, Pengamat: Operasi Intelijen Hitam Alihkan Kasus Besar Rezim Jokowi

Kekerasan yang menimpa keluarga di Solo dengan isu syiah bagian operasi intelijen hitam untuk mengalihkan kasus besar Rezim Jokowi seperti ancaman resesi ekonomi dan pertumbuhan ekonomi yang merosot tajam.

Demikian dikatakan pengamat politik Muslim Arbi dalam pernyataan kepada suaranasional, Senin (10/8/2020). “Master intelijen yang jago bikin kekerasan di Solo. Dulu pernah dekat kelompok tertentu dalam kasus Maluku,” ungkapnya.

Kata Muslim, master intelijen ini main di dua kaki, kadang-kadang menghina Islam, di satu pihak memanfaatkan orang tertentu untuk memancing kelompok Islam melakukan aksi kekerasan. “Kekerasan di Solo dengan isu syiah akan terus di-bollow up terus dan dimanfaatkan pendukung penguasa untuk mengalihkan kasus Rezim Jokowi,” jelas Muslim.

Baca juga:  Komunikasi Era Presiden Jokowi Amburadul

Muslim mengatakan, Solo dipakai dalam melakukan operasi intelijen hitam karena wilayah ini sumbu pendek. “Sejak dulu di Solo berbagai ideologi dari kanan sampai kiri cukup berkembang pesat,” papar Muslim.

Selain itu, ia mengatakan, kasus kekerasan Solo juga akan menenggelamkan Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) yang digawangi Din Syamsuddin. “Sebelum kekerasan di Solo, KAMI diberitakan di berbagai media mainstream, dan ini membuat khawatir penguasa,” jelasnya.

Sekelompok orang mendatangi sebuah acara keluarga di Solo dan memaksa tuan rumah membubarkan acara tersebut. Massa yang disebut kelompok laskar itu juga merusak sejumlah mobil dan memukuli beberapa anggota keluarga.

Kejadian bermula saat keluarga almarhum Habib Segaf Al-Jufri menggelar acara Midodareni (doa di malam sebelum akad nikah). Rumah tempat acara itu digelar, Jl. Cempaka No. 81 Kp. Mertodranan Rt 1/1 Kel/Kec. Pasar Kliwon Kota Surakarta, tiba-tiba digeruduk massa berbusana muslim dan mengenakan tutup kepala.

Baca juga:  Sebagai Pendukung Jokowi, Artis Dewi Irawan Nilai Film Pengkhianatan G30S/PKI Propaganda Orba

Massa yang disebut sebagai Kelompok Laskar itu mempertanyakan kegiatan yang sedang berlangsung di dalam rumah. Mereka curiga tuan rumah menyelenggarakan acara keagamaan. Gerombolan itu lalu berteriak-teriak “Allahuakbar, Bubar, Kafir”, bahkan ada yang mengatakan “Syiah bukan islam, Syiah musuh islam, darah kalian halal, bunuh”.