Yusanto, Suteki dan Ramalan NIC

Oleh Ayik Heriansyah
Pengurus LD PWNU Jabar

Kondisi global yang sedang limbung diserang wabah Covid-19. Apakah peta politik dunia akan berubah? Mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Henry Kissinger, sebagaimana yang dikutip kantor berita Al-Jazeera (4/4/2020) dalam sebuah artikel di Wall Street Journal, bahwa wabah Covid-19 akan mengubah sistem global selamanya. Kissinger menjelaskan bahwa kerusakannya baru mungkin bersifat sementara, akan tetapi distabilitas politik dan ekonomi dapat berlanjut selama beberapa generasi.

Pejuang khilafah mengaitkannya dengan ramalan Dewan Intelijen Nasional Amerika Serikat (National Inteligent Council/NIC) pada Desember 2004, “A New Caliphate provides an example of how a global movement fueled by radical religious identity politics could constitute a challenge to Western norms and values as the foundation of the global system” [Maping The Global Future: Report of the National Intelligence Council’s 2020 Project].

M. Ismail Yusanto (lihat https://youtu.be/NA00EuwwqVw) dan Suteki (lihat https://youtu.be/aegfB03GGTg), dua di antara yang menggunakan ramalan NIC sebagai “dalil” akan tegaknya khilafah, karena tidak ditemukan dalil-dalil syar’i di dalam al-Qur’an, hadits, ijma sahabat dan qiyas syar’iyah tentang khilafah tegak tahun 2020. Metode “istidlal” yang dipraktikkan oleh M. Ismail Yusanto, Suteki dan para pengikut mereka, tidak dikenal oleh para fuqaha. Otomatis ramalan NIC bahwa khilafah tegak 2020 tidak bernilai di mata syara’ dan tidak boleh dijadikan sebagai “bisyarah nubuwwah”.

Akan tetapi, sebagai bahan propaganda politik, sah-sah saja apabila ramalan NIC ini mau diadopsi. Terserah publik mau percaya atau tidak. Bagi pejuang khilafah, propaganda-propaganda politik yang disampai oleh tokoh-tokoh mereka, menjadi pembakar semangat untuk terus berjuang, tanpa peduli apakah itu nash syar’i atau ramalan dari badan intelijen asing. Propaganda-propaganda politik sangat mudah masuk ke dalam kesadaran naif pejuang khilafah.

Baca juga:  Misi Politik GAR ITB yang Gagal

Satu-satunya hadits tentang khalifah-khalifah sebelum Imam Mahdi berdasarkan hadits dari Tsauban r.a diriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda:

يَقْتَتِلُ عِنْدَ كَنْزِكُمْ ثَلَاثَةٌ كُلُّهُمْ ابْنُ خَلِيفَةٍ ثُمَّ لَا يَصِيرُ إِلَى وَاحِدٍ مِنْهُمْ ثُمَّ تَطْلُعُ الرَّايَاتُ السُّودُ مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ فَيَقْتُلُونَكُمْ قَتْلًا لَمْ يُقْتَلْهُ قَوْمٌ ثُمَّ ذَكَرَ شَيْئًا لَا أَحْفَظُهُ فَقَالَ فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَبَايِعُوهُ وَلَوْ حَبْوًا عَلَى الثَّلْجِ فَإِنَّهُ خَلِيفَةُ اللَّهِ الْمَهْدِيُّ

…”Akan berperang tiga orang di sisi perbendaharaanmu. Mereka semua adalah putera khalifah. Tetapi tak seorang pun di antara mereka yang berhasil menguasainya. Kemudian muncullah bendera-bendera hitam dari arah timur, lantas mereka memerangi kamu dengan suatu peperangan yang belum pernah dialami oleh kaum sebelummu. ” Kemudian beliau saw menyebutkan sesuatu yang aku tidak hafal , lalu beliau saw bersabda: “Maka jika kamu melihatnya, berbai’atlah walaupun dengan merangkak di atas salju, karena dia adalah khalifah Allah Al-Mahdi” [HR. Ibnu Majah dan Al-Hakim, Al Hakim berkata, “Ini adalah hadits shahih menurut syarat Syaikhain.” Perkataan al Hakim ini juga disetujui oleh adz-Dzahabi].

Hadits ini yang sering kali digunakan oleh para pejuang sebagai dalil pembenaran atas perjuangan mereka. Hanya berdasarkan adanya kata “khalifah”, tanpa melihat keseluruhan isi hadits dan konteksnya. Adanya kata “khalifah” saja tidak serta merta menunjukkan makna “sistem khilafah”, buktinya di al-Qur’an Nabi Adam as dan Nabi Daud disebut “khalifah”. Pada masa Nabi Adam as belum ada sistem pemerintahan seperti zaman sekarang dan pada masa Nabi Daud as sistemnya kerajaaan, bukan khilafah.

Baca juga:  Prabowo-Sandi & Sejarah Hitam Demokrasi

Jika dilihat keseluruhan hadits, Imam Ibnu Katsir menjelaskan: Yang dimaksud ‘harta simpanan’ pada teks hadis adalah simpanan Ka’bah. Tiga orang dari putra khalifah akan saling membunuh, untuk memperebutkannya, hingga tiba akhir zaman. Kemudian keluarlah al-Mahdi dan beliau datang dari arah timur, bukan dari Sardab Samira sebagaimana dikatakan orang bodoh dari kalangan Rafidhah bahwa al-Mahdi saat ini ada di tengah mereka. (an-Nihayah fi al-Fitan wa al-Malahim, 1/54 – 5-6).

Justru hadits di atas dan hadits-hadits lainnya tentang akhir zaman, membantah propaganda-propaganda Yusanto, Suteki dan para pejuang khilafah lainnya bahwa dengan tegaknya khilafah semua masalah umat beres. Umat Islam akan hidup tanpa masalah. Semua orang akan sejahtera, bahagia, aman, tentram, adil dan makmur. Bukankah menurut hadits Nabi saw, pada masa khilafah sebelum Imam Mahdi, terjadi krisis politik sampai anak-anak khalifah saling bunuh di mana umat manusia mengalami berbagai macam bencana, fitnah, huru hara, krisis dan konflik?!