Menelisik Perbedaan Indonesia Versus Turki

Oleh: Tardjono Abu Muas, Pemerhati Masalah Sosial

Tak elok sebenarnya jika kita mau membandingkan Negeri Turki dengan Negeri +62. Namun demikian, layaklah kiranya jika sesekali kita mau mencoba membandingkan kedua negeri ini karena ada sesuatu yang pantas dibandingkan, yakni soal Hagia Sophia di Turki yang selama beberapa dekade digunakan sebagai museum, kini diubah fungsi menjadi masjid.

Turki, di bawah pemimpin kharismatik Presiden Recep Tayyip Erdogan telah membawa perubahan besar yang sangat mendasar khususnya bagi negerinya dan dunia Islam pada umumnya. Untuk itu, kiranya layak Erdogan saat ini jika disebut sebagai pemimpin dunia Islam.

Sosok orang Turki Nomor Satu ini terindikasi memiliki prinsip yang agak langka dibanding dengan para pemimpin negara lainnya. Erdogan, berstatus presiden sekaligus seorang muslim. Sebagai seorang muslim yang diamanahi jabatan sebagai presiden, ia sepertinya memiliki prinsip: “Saya presiden tapi saya seorang muslim” bukan berprinsip yang sebaliknya: “Saya muslim tapi saya presiden”.

Prinsip, “Saya presiden tapi saya seorang muslim”, dengan prinsip ini dapat bermakna ia sebagai presiden tentu akan berupaya mengedepankan nilai-nilai Islam dalam kepemimpinannya. Bukan seperti prinsip sebaliknya, “Saya muslim tapi saya presiden” yang dengan prinsip ini bisa jadi ia sebagai presiden akan menginjak-injak nilai-nilai Islam dalam kepemimpinannya, tak ada sedikit pun pembelaan kepada Islam dan ummatnya.

Kini satu langkah bijak dan berani Erdogan yang sepertinya memiliki prinsip, “Saya presiden tapi saya seorang muslim”, mengubah Hagia Sophia yang semula digunakan sebagai museum kini diubah fungsi menjadi masjid. Sangat terasa dengan kepemimpinannya, Erdogan selalu berupaya untuk mengedepankan nilai-nilai Islam dalam kebijakannya. Demikianlah sekelumit tentang kepemimpinan Erdogan yang sedang menjadi nahkoda di negeri yang bernama Turki.

Usai kita berselayar ke Turki, tak ada salahnya jika kita sejenak mau menengok kondisi negeri kita. Kalau Hagia Sophia di Turki yang semula dipergunakan sebagai museum yang merupakan bagian warisan budaya lalu kini dijadikan masjid sebagai tempat ibadah ummat Islam, lantas bagaimana dengan kondisi di negeri +62 yang mengklaim dirinya pancasilais malah mewacanakan mengubah sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa akan diganti dengan Ketuhanan Yang Berkebudayaan?

Jika Turki saja berani mengubah fasilitas cagar budaya menjadi masjid sebagai tempat ibadah ummat Islam, maka sangat ironis jika negeri yang mengklaim penduduknya mayoritas Islam malah mau mengubah Ketuhanan Yang Maha Esa diganti dengan Ketuhanan Yang Berkebudayaan? Sungguh miris dan tragis, semoga tidak terjadi.