Yap Hong Gie Minta dr. Tirta Jangan Cuma Bisa Bikin Statement, Tapi Kasih Solusi


Tanpa angin tanpa hujan, dr. Tirta Mandira Hudhi yang belakangan “ngetop” sebagai selegram karena rajin mengkritisi tindakan pemerintah dalam mengatasi pandemik corona, tiba-tiba mengeluarkan pernyataan yang membuat sejumlah pemusik yang selama ini mencari penghidupan di café-café kecewa dan resah.



Pasalnya, dr. Tirta menyebut tidak boleh ada live music di café dalam rangka protokol new normal sebagaimana disarankannya pada pemilik Holywings. Menurutnya live music di café-café berpotensi menyebarkan virus covid-19.





Pernyataan itulah yang dinilai banyak pihak tendensius dan mendiskreditkan para musisi yang selama ini mencari penghidupan dari café ke café.



Ironisnya, dr. Tirta sendiri datang ke cafe Holywings Gunawarman dan mengabaikan protokol social distancing yang selama ini digembar-gemborkannya. Akun resmi @holywingsspot malah memposting foto dr Tirta yang berfoto selfi dengan dua orang lainnya sambil berangkulan yang di klaim sebagai penerapan “New Normal” di kafe tersebut.



Sebagai pelengkap postingan tersebut, akun @holywingsspot juga menuliskan caption yang menegaskan kehadiran dr Tirta tersebut adalah nyata. “dr Tirta sudah mampir dan merasakan suasana #holywingsnewnormal, kalian kapan?” tulis dalam postingan tersebut.



Tak hanya menjadi trending topik, postingan itu pun kontan mengundang reaksi. Pasalnya, di satu sisi dr. Tirta melarang café membuat acara live music karena khawatir menjadi pandemik, tapi di sisi lain dia sendiri datang ke café dan bahkan berfoto ria tanpa menjaga jarak.

Hal itulah yang membuat Ano Andro, Ketua Persatuan Musikus Café Indonesia (PCMI) berang dan menantang dr. Tirta debat. “Dia telah menyinggung mata pencaharian orang lain karena alasan protokol kesehatan di suasana pandemic. Tapi dia sendiri tidak mematuhi protokol itu,” tutur Ano.



Terkait hal itu, Yap Hong Gie, salah seorang aktivis sosial, ikut  buka suara. Menurutnya dr Tirta sebagai orang kalangan atas yang mapan, khususnya sebagai “influenzer” media sosial, sebaiknya hati-hati dalam membuat statement yang menyangkut profesi dan periuk nasi orang banyak.



“Dalam penjelasan dr. Tirta, dia telah berhasil menghapus kegiatan  live music dan mengubah tempat tersebut (Holywings) menjadi restoran, sesuai  protokol  new normal. Pernyataan itu bisa berdampak besar,” ujar Yap Hong Gie.



Menurut Hong Gie, dampak dari kampanye protokol new normal seperti itu bisa berakibat mematikan profesi dan pekerjaan para musisi Café dan kelompok pekerja musik yang dibayar per sekali tampil/manggung.



“Mereka ini adalah kelompok pekerja informal yang sangat rentan terhadap “cuaca” dunia hiburan atau pariwisata. Mereka yang tidak pernah masuk dalam catatan hitungan pekerja yang dirumahkan atau yang di PHK,” jelasnya.



Padahal, tambah Hong Gie, dengan diberlakukannya PSBB, dampaknya pada kelompok musisi panggung ini begitu besar. “Akibat PSBB mereka langsung menjadi pengangguran tanpa pemasukan sama sekali. Tak sedikit pemusik ini yang untuk menyambung hidupnya menjual alat-alat musik mereka,” ujarnya lagi.



Oleh karena itu Yap Hong Gie meminta agar dr Tirta  yang sudah merasa ahli di bidangnya, lebih baik menyusun protokol New Normal yang memadai untuk Cafe & Restaurant, daripada berkampanye untuk menghapus kegiatan live music di tempat-tempat itu.



“Adalah lebih bagus dr. Tirta memberikan solusi yang positif daripada membuat statemen yang justru meresahkan banyak orang,” katanya.