Mursi, Erdogan dan Spekulasi Kudeta HTI

Oleh Ayik Heriansyah

Pengurus LDNU PWNU Jawa Barat

Kudeta militer jalan paling praktis untuk meraih kekuasaan. Melalui jalan konstitusional proses peralihan kekuasaan bikin greget kelompok yang sudah kebelet duduk di kursi kepemimpinan politik suatu negara. Negara-negara berkembang sering mengalami peristiwa politik ini. Karena masyarakat sipil lemah, kelas menengah apatis dan demokrasi di sana demokrasi semu, demokrasi yang dibentuk di bawah todongan senjata penguasa. Adapun faktor konspirasi internasional kurang relevan karena peta politik global dari bipolar (Amerika-Uni Sovyet) setelah perang dunia kedua, unipolar (Amerika) sejak runtuhnya negara Uni Sovyet, kini menjadi multi polar, Amerika, Rusia, Cina dan Turki.

Faktor-faktor inilah yang mempengaruhi keberhasilan kudeta terhadap Presiden Mursi di Mesir dan kegagalan kudeta terhadap Erdogan di Turki. Wikipedia mencatat Mesir Mohamed Morsi, Menteri Pertahanan Jenderal Abdul Fatah al-Sisi pada 3 Juli 2013 mengumumkan pelengseran presiden, dan penangguhan konstitusi. Al-Sisi mengangkat Adly Mansour sebagai pemegang jabatan sementara Presiden Mesir. Tiga tahun kemudian pada 15 Juli 2016, sebuah upaya kudeta dilakukan di Turki. Upaya ini diduga direncanakan oleh sebuah faksi di tubuh Angkatan Bersenjata Turki namun upaya kudeta ini telah gagal. Upaya ini telah menyebabkan kerusakan pada beberapa gedung dan jatuhnya korban tewas maupun luka-luka.

Mursi dan Erdogan pewaris trah Ikhwanul Muslimin. Mursi seorang saintis. Meloncat langsung menjadi Presiden setelah memenangkan pemilu paling demokratis di Mesir. Sedangkan Erdogan sudah menjadi aktivis politik sejak dari mahasiswa. Karir politiknya runut. Mulai dari menjadi Walikota Istambul kemudian jadi Presiden. Latar belakang kedua Presiden kader IM ini membuat gaya kepemimpinan mereka berbeda.

Mursi seperti eforia melepas perasaan tertekan IM selama ini dengan melakukan ikhwanisasi birokrasi dengan mencolok. Tidak menunggu lama, pejabat-pejabat Gubernur diganti dengan kader-kader IM. Mungkin terbawa oleh pola pikir saintisnya, Mursi menganggap ikhwanisasi birokrasi berjalan mulus karena konstitusional.

Kebijakan Mursi ini mengagetkan militer dan Barat tentunya. Militer Mesir bukan IM. Ideologi mereka sekuler Arab. Mereka masih berkiblat ke Amerika. Ikhwanisasi birokrasi sangat berbahaya bagi sekularisme dan kepentingan Barat di kawasan. Ikhwanisasi Mesir secara vulgar jadi pemicu kudeta terhadap Mursi. Di sisi lain program untuk meningkatkan kesejahteraan masyarat belum berjalan efektif. Pasca Arab Spring, rakyat Mesir masih pra sejahtera. Pun pemerintahan dan birokrasi dalam keadaan labil, belum solid. Kaki-kaki kursi Mursi rapuh. Sekali goyang langsung runtuh. Ketika Mursi dikudeta, mayoritas rakyat diam, membiarkan hal itu terjadi.

Sebaliknya Erdogan, dengan piawai, sabar dan telaten melakukan pendekatan kesejahteraan terhadap rakyat Turki. Sejak jadi Walikota Istambul. Simbol-simbol Islam dan IM tidak ditonjolkan. Ulama didekati. Selalu berempati terhadap perjuangan umat muslim di seluruh dunia terutama Palestina dan Rohingya. Keberhasilan Erdogan mensejahterakan rakyatnya berimbas kepada meningkatnya kepercayaan masyarakat dan militer kepadanya. Erdogan duduk di kursi kekuasaan yang kaki-kakinya amat kokoh. Nah, inilah yang membuat kudeta yang disinyalir dilakukan oleh Gulenis gagal total.

Baca juga:  Ketegangan Politik Indonesia akan Naik

Padahal Gulenis organisasi besar. Dalam kultwit di chirpstory.com DR. Sitaresmi S. Soekanto (Dosen Pasca Sarjana Ilmu Politik UI); Para akademisi Turki mengatakan; Fethullah Gulen yang dilindungi oleh AS dan Israel. Sebelum terjadi perang terbuka antara Gulen dan Pemerintah Turki yang berujung pada upaya kudeta, 97 Ormas & LSM di Turki telah mngeluarkan pernyataan bersama yakni meminta gerakan Gulen mengikuti peraturan pemerintah soal konversi bimbingan belajar Gulen menjadi ‘college’.

97 Ormas tersebut terdiri dari ormas-ormas besar seperti Jamaah İsmailağa, Menzil, Erenköy, Akabe Vakfi, Hudayi Vakfi, Safa Vakfi, Sami Efendi, Barla Platformu. Selain itu ditandatangani pula oleh lembaga bantuan kemanusiaan seperti IHH, Yardımeli, Verenel, Turkiye Beyazay Derneği dan asosiasi bisnis seperti MÜSİAD, ASKON, TUMSİAD. Juga beberapa LSM yg brgerak di bidang pendidikan seperti İlim Yayma Cemiyeti, Türkiye Yazarlar Birliği, Önder & Ensar Vakfi.

Ergun Yildirim seorang pakar sosiologi dan kolumnis koran ‘Yenisafak’ mengomentari bahwa
organisasi yang mengeluarkan pernyataan tersebut adalah representasi seluruh kaum agamis Turki baik dari kelompok Islam konservatif maupun modern. Di samping institusi para ulama seperti Menzil, Erenkoy, Risalah Nur, Suleyman Efendi dan Ismail Aga, juga terdapat kaum Islamis dan Milli Gorus yang melembaga dalam wadah-wadah institusi wakaf dan ormas.

Sekelompok pengikut Gulen yg berada di angkatan bersenjata Turki melakukan serangan brutal di Ankara & Istanbul. Mereka membajak pesawat-pesawat F16, helikopter-helikopter tentara dan tank-tank. Mereka melakukan pengeboman terhadap gedung Parlemen Turki, Kantor Pusat Angkatan Bersenjata Turki, menculik Kepala Angkatan bersenjatanya dan banyak Jenderal lainnya. Mereka juga melakukan pengeboman terhadap Kantor Pusat Kepolisian di Ankara & Istanbul, Kantor Pusat Pasukan Khusus dan juga terhadap Turksat (Pusat Komunikasi Satelit Turki) dan Turkish Telekom.

Pada saat itu Kepala Angkatan Bersenjata yang diculik, diberikan kesempatan oleh para penculik untuk berbicara dengan Fethulah Gulen melalui telepon namun ditolaknya. Pasukan khusus yang terdiri dari 20 komando militer yang sangat terlatih. Menyerang hotel tempat Presiden sedang berlibur bersama keluarganya.

Selain itu ada pula penembak-penembak jitu dan tank-tank yang ditempatkan di jembatan Bosporus dan jalan-jalan utama kedua kota tersebut dan menembaki orang-orang yang mendekat. Malam itu tentara Gulenis membunuh lebih dari 240 orang yang kebanyakan adalah rakyat sipil dan melukai lebih dari 1500 orang.

Ikhwanul Muslimin di Mesir dan Organisasi Gulenis di Turki jauh lebih besar daripada HTI. HTI pada tahun 2010 beranggotakan 8.500 orang yang sudah mengucapkan qassam (sumpah). Mereka yang memiliki hak suara dalam pemilihan anggota DPP HTI. Anggota DPP HTI dipilih tiap 2 tahun sekali. Pemilihan anggota DPP HTI pada tahun 2010 yang terakhir saya ikuti.

Baca juga:  Indonesia Butuh Anies, Bukan Pemimpin Pencitraan

Setiap anggota DPP HTI punya tugas melakukan supervisi, monitoring dan kontrol terhadap daerah-daerah yang menjadi tugasnya. Untuk daerah Babel anggota DPP HTI yang menjadi supervisor adalah Abdullah Fanani. Saat yang sama dia juga menjabat sebagai bendahara. Seorang anggota senior HTI dari IKIP Malang/Universitas Negeri Malang. Pada kunjungan perdananya, dia menyampaikan positioning terakhir HTI. Disampaikan juga kebijakan dan instruksi Mandub (asisten) Amir HT. Ada 3 hal penting yang disampai: 1) Pada tahun itu juga Hizbut Tahrir memindahkan pusat gerakannya ke Indonesia ditandai dengan dipindahkannya server HT internasional ke Indonesia. 2). Dibentuk perwakilan resmi media HT yang digawangi Tun Kelana Jaya (anggota senior HTI) dan dibentuknya Lajnah Thalabun Nushrah yang langsung berhubungan dengan Amir HT. Sebagaimana diketahui lajnah ini bertugas merekrut, membina dan mengarahkan perwira menengah dan tinggi untuk melakukan kudeta.

3 keputusan Amir HT ini sangat prematur, naif dan sangat berbahaya bagi HTI. Selain jumlah anggota HTI sangat sedikit, HTI juga tidak didukung ormas-ormas Islam hatta FPI sekalipun. Kebiasaan di HTI, Amir HT menutup rapat pintu ijtihad. Semua urusan tergantung Amirnya. Sedangkan Amirnya hanya dapat informasi dari DPP secara tertulis (surat). Amir HT kadang mengutus asistennya ke Indonesia untuk melihat perkembangan dakwah HT di Indonesia. Paling lama seminggu. Biasanya asisten Amir ketemu dengan DPP saja. Dia tidak melihat realitas Indonesia secara utuh dimana HTI berdakwah di dalamnya. Kemudian asisten Amir ini melaporkan hasil kunjungannya. Hal ini berimplikasi kepada Amir HT sering membuat keputusan yang tidak akurat, tidak tepat, tidak kontekstual dan tidak aktual. Di sisi lain DPP HTI harus taat dan tsiqah. Kewajiban taat dan tsiqah ini pula yang kerap dijadikan alibi oleh Jubir HTI ketika HTI keluar dari FUI. HTI keluar dari FUI itu perintah Amir HT.

Peluang Amir HT salah memahami, menganalisa, memprediksi dan memberi instruksi teramat sangat besar. Apa jadinya jika Amir HT salah memberi instruksi kepada Lajnah Thalabun Nushrah. Yang pasti kedepannya HTI akan terisolir dari umat dan ormas Islam karena langkah-langkahnya yang suka-suka semau gue dengan alibi taat kepada Amir.

Bandung, 3 November 2018