Penghancuran Partai Komunis Indonesia (PKI) menggunakan metode penyebaran berita hoaks.
“Penyiaran berita hoax sebagai metode penghancuran PKI,” kata Direktut Utama (Dirut) TVRI Iman Brotoseno artikel berjudul “Berita hoaks sebagai alat balas dendam – Studi kasus penghancuran Gerwani”
Iman Brotoseno menulis di blognya yang sudah dihapus. Namun suaranasional menyalin tulisan Iman Brotoseno sebelum dihapus.
Kata Iman Brotoseno, berita hoaks tentang PKI berhasil memprovokasi rakyat memburu komunis secara massif. “Pemberitaan terstruktur dan konsisten,” ungkapnya.
Menurut Iman, berita yang dimuat Angkatan Bersenjata dan Berita Yudha yang kemudian dikutip berbagai suratkabar dengan sejumlah tambahan seperti mata dicungkil dan lain lain, betul-betul membuat pembaca mual, marah sekaligus bergidik.
“Tak ada yang bisa membayangkan ada manusia yang bisa berbuat kejam di luar batas kemanusiaan seperti itu,” jelasnya.
Kata Iman, cerita kekejaman PKI lebih merupakan sebuah fiksi yang sengaja dihadirkan untuk memberi nuansa teror, sekaligus melegalisasi teror yang lebih kejam terhadap mereka yang dituduh bertanggungjawab atas pembunuhan para para pahlawan revolusi.
“Kampanye atas kekejaman itu bukan saja dibuat atas dasar kebohongan dan cerita rekaan semata, tapi memang sengaja dirancang untuk menyulut kemarahan umum terhadap kaum komunia dan sekaligus menyiapkan panggung pembunuhan besar – besaran dengan alasan dendam rakyat,” jelasnya.
Iman menegaskan fakta asli tentang kondisi jenasah para korban di Lubang Buaya bisa diungkap melalui publikasi hasil otopsi tim medis.
“Namun fakta ini sepertinya secara sengaja disembunyikan rapat rapat. Baru tahun 1987, Ben Anderson seorang indolog dari Universitas Cornell mengungkapnya dan menimbulkan kehebohan,” jelasnya.
Iman mengatakan, dari hasil visum tim dokter yang diketuai Brigjen TNI dr Roebiono Kertapati, menegaskan bahwa cerita soal penyayatan kelamin oleh anggota Gerwani merupakan isapan jempol belaka.
“Kelamin semua jenasah utuh. Malah ada sebuah jenasah yang kelaminnya belum disunat. Diduga karena almarhum memang beragama Kristen,” jelasnya.
Tentang bola mata yang copot, hal itu dikarenakan saat dicemplungkan ke sumur posisinya adalah kepala terlebih dahulu.
“Tim dokter memeriksa keadaan jenasah merasa ketakutan dengan adanya tekanan lewat pemberitaan tentang penyayatan penis yang sama sekali tak terbukti . Mereka mengaku menemui kesulitan dengan penyusunan laporan akhir otopsi. sebab berita yang dilansir media massa dan kemudian berkembang di masyarakat sudah terlanjur misleading,” pungkasnya.