Yang Tersisa, Hanya Mengharap Syafa’at Nabi

KH Luthfi Bashori

Jika mengingat perkataan Khalifah Umar bin Khatthab:

“Hitung-hitunglah amalan pribadimu sebelum (kelak) dihitung (di akhirat).”

Sudah selayaknya setiap orang mulai menghitung-hitung apa saja yang setiap hari dikerjakannya, baik itu perilaku yang baik semacam amal ibadah, entah itu berupa shalat, dzikir, sedekah, dan ibadah-ibadah lainnya, maupun perilaku yang buruk semacam maksiat, entah itu perbuatan dosa terhadap Allah, Rasul dan Syariat-Nya, atau dosa terhadap sesama manusia, seperti ghibah, menyakiti sesamanya, atau merusak kehormatan agama serta umat Islam, dan lain sebagainya.

Penulis sendiri merasa betapa banyak dosa-dosa yang selama ini terkumpulkan, jika dihitung banyaknya kewajiban terhadap ajaran agama yang belum mampu penulis kerjakan secara sempurna, belum lagi jika menengok pelanggaran terhadap larangan Allah dan Rasul-NYa, yang semua itu sering mengganggu pikiran penulis.

Namun, ada suatu hal yang menyebabkan penulis tetap selalu optimis dalam menjalani kehidupan di dunia ini, karena penulis masih meyakini adanya Syafa’at dari Rasulullah SAW, bagi umat Islam yang banyak menumpuk dosa.

Baca juga:  Daarul Qur'an Beri Santunan Yatim dan Dhuafa di Semarang

Sebagaimana telah diriwayatkan dari Shahabat Ibnu Abbas RA, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Diletakkan bagi para nabi itu mimbar-mimbar dari cahaya, dan mereka duduk di atasnya. Tinggallah mimbarku yang tidak aku duduki. Aku tetap berdiri di hadapan Tuhanku, karena aku takut dibawa ke surga, sementara umatku tetap tinggal sesudah aku. Maka aku berkata: Ya Rabbi, umatku, umatku. Lantas Allah SWT berfirman: “Ya Muhammad, apa yang engkau inginkan dari Aku, untuk Aku lakukan terhadap umatmu?

Rasulullah SAW menjawab: “Ya Rabb, segerakan hisab mereka”. Kemudian mereka dipanggil, lalu dihisab. Di antara mereka ada yang masuk surga dengan rahmat-Nya, dan di antara mereka ada yang masuk surga dengan syafaatku. Aku terus memberi syafaat hingga aku diberi daftar orang-orang yang akan pergi ke neraka. Maka malaikat Malik penjaga neraka pun berkata: “Wahai Nabi Muhammad, sungguh engkau tidak membiarkan hukuman sedikit pun atas umatmu untuk kemarahan Tuhanmu !” (HR. Thabarani dan Baihaqi).

Baca juga:  Anjing-anjing Neraka

Dalam riwayat lain disebutkan, dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Aku memberi syafaat bagi umatku hingga Tuhanku Allah Tabaraka wa Ta’ala memanggilku. Allah berfirman: “Apakah engkau sudah puas, ya Nabi Muhammad?”. Aku menjawab: “Ya, wahai Tuahan, aku sudah puas.” (HR. Al-Bazzar, Thabrani, dan Ibnu Hibban dalam sahih-nya dan Al-Baihaqi).

Dari Sayyidina Abdullah bin Umar RA dari Nabi Muhammad SAW beliau bersabda, “Aku disuruh memilih antara syafa’at atau separuh umatku masuk surga. Maka aku memilih syafa’at, karena syafa’at itu lebih umum dan lebih cukup. Sesungguhnya syafa’at itu bukan untuk orang-orang mukmin terdahulu yakni salaf yang saleh, tetapi untuk orang-orang yang berdosa dan banyak bersalah serta namanya tercemar. (HR. Ahmad dan Thabarani).