Istana Tegaskan JK yang Haruskan Diluruskan

Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) harus diluruskan pernyataanya yang mengkritik Presiden JOkowi terkait berdamai dengan Covid-19.

“Nah harus diluruskan adalah dari Pak JK,” kata Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Donny Gahral Adian, Kamis (21/5/2020) dikutip dari suara.com.

Kata Donny, pernyataan Presiden Jokowi berdamai bukan terhadap Covid-19 tetapi pasca pandemi. “Pak Jokowi tidak berdamai dengan virusnya, tetapi berdamai dengan kehidupan baru pascapandemi,” ungkapnya.

Donny menuturkan, berdamai di dalam situasi pandemi yakni, membiasakan mengggunakan masker, rajin mencuci tangan, tidak bersentuhan secara fisik dan menjauhi tempat kerumunan.

“Jadi itu yang dimaksud, jadi bukan berdamai dengan virusnya. Virusnya tetap akan ditangani dengan cara-cara medis.”

Baca juga:  Bantah Panglima TNI, Pernyataan Wiranto Absurd & Kelabuhi Rakyat

Donny juga menyebut, maksud Jokowi berdamai dengan Covid-19 bukanlah menyerah. Namun, mengikuti protokol kesehatan dan menerapkan physical distancing.

“Jadi tidak kemudian menyerah, berdamai bukn menyerah, berdamai itu menyesuakan kebiasan kita dengan situasi pandemi ini. Kalau biasa kita keluar rumah tidak pakai masker sekarang pakai masker,” ucap dia

“Keluar rumah biasanya sesak di mobil, sekarang harus mengurangi jumlah penumpang, keluar rumah bisa pakai Gojek, sekarang kita tidak bisa lagi ada larangan. Jadi hal hal semacam itu yang dimaksud dengan berdamai. Berdamai artinya menyesuaikan kebiasaan kita,” katanya.

JK mengatakan Covid-19 adalah virus yang ganas. Virus itu menyerang manusia tanpa pandang bulu. Masyarakat bisa memerangi Covid-19 dengan mengubah gaya hidup yang lebih disiplin akan kebersihan. Saat ini, masyarakat harus lebih rajin mencuci tangan dengan sabun hingga menggunakan masker, bukan malah berdamai dengan Covid-19.

Baca juga:  Desa Balun Cerminan Kebhinekaan Pancasila

“Tidak berarti kita berdamai, risikonya mati,” kata JK dalam diskusi webinar Universitas Indonesia, Selasa (18/5/2020).

Menurut Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI tersebut, perdamaian itu hanya dapat terwujudkan apabila ada kesepakatan antar kedua belah pihak. Sedangkan tidak akan mungkin terjadi apabila hanya manusia saja yang menginginkan kedamaian.

“Kalau berdamai itu kalau dua-duanya ingin berdamai, kalau kita hanya ingin damai tapi virusnya tidak, bagaimana?” tanyanya.