Layakkah Penyelenggara Konser Amal Corona Minta Maaf?

Oleh: Tardjono Abu Muas, Pemerhati Masalah Sosial

Gelaran Konser Amal Corona telah berlangsung pada Ahad (17/5/2020), tak urung mendapatkan berbagai macam kritikan yang cukup tajam dari berbagai elemen masyarakat. Hingga akhirnya salah seorang penyelenggara merasa bersalah dan meminta maaf.

Pertanyaannya, masih layakkah penyelenggara gelaran harus merasa bersalah dan meminta maaf? Lantas berharap kepada siapa permaafan tersebut?

Konser amal corona yang diinisiasi tiga Lembaga Negara yakni Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), kita tahu tentunya ketiga lembaga ini bukanlah lembaga yang berkelas ecek-ecek sekelas komunitas di tingkat Rukun Tetangga (RT) atau Rukun Warga (RW), tapi Lembaga Negara resmi yang sering diklaim ‘terhormat’.

Berangkat dari ketidakecek-ecekan ketiga lembaga negara ini tentunya segala sesuatunya sudah harus terlebih dahulu dipikirkan secara matang sebelum gelaran dilaksanakan.

Baca juga:  Rakyat Berdaulat Pecat Pejabat Laknat

Penetapan hari-H gelaran pada Ahad (17/5/2020) malam bertepatan dengan 24 Ramadhan 1441 yang merupakan malam-malam kemuliaan sepuluh hari terakhir Ramadhan bagi ummat Islam, tentunya sudah harus menjadi pertimbangan tersendiri bagi penyelenggara jika penyelenggara peka terhadap suasana keagamaan yang sedang dijalani ummat Islam. Pemandangan yang tak elok dan tak nyaman pula, malam-malam sepuluh hari terakhir Ramadhan satu sisi sekelompok “orang berkonser-ria” berdalih ‘konser amal corona’, sementara pada waktu yang sama ummat Islam dituntut mengorbankan malam-malam kemuliaan harus beribadah di rumah tidak boleh berkumpul di masjid.

Berbicara layak dan tidak layak tentang gelaran konser amal corona di tengah digalakkannya percepatan penanganan wabah Covid-19 ini melalui program Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), tentu bersifat relatif dan menimbulkan pro-kontra. Hanya perasaan kebatinan atau hati nurani yang masih hidup sajalah yang masih bisa menakar bahwa layak atau tidak, gelaran konser tersebut digelar di tengah situasi dan kondisi masyarakat sedang menghadapi wabah virus yang satu ini.

Baca juga:  Puan Maharani, Perempuan yang (tidak) Berhati Nurani

Terlepas dari hal tersebut di atas, ternyata konser amal corona sudah berlangsung yang tentunya diharapkan kita semua dapat mengambil pelajaran berharga dari potret ketidaksinkronan antara imbauan yang terus-menerus digembar-gemborkan tentang protokol kesehatan dengan pelaksanaan di lapangan oleh Sang Pengimbau yang kebetulan menjadi bagian dari tim penyelenggara.

Sungguh sangatlah tidak pada tempatnya lagi, jika kondisi rakyat yang sedang dihadapkan dengan berbagai kesulitan pemenuhan kebutuhan pokok keseharian akibat terdampak wabah Covid-19 ini, disuguhi acara-acara dengan berbagai macamnya sehingga fokus percepatan penanganan penyebaran Covid-19 terabaikan.