Anies Dijembatani Buzzer Dahsyat

Oleh: Adian Radiatus

Serangan para buzzer khusus yang terfokus pada Gubernur Anies beberapa hari belakangan ini mulai marak kembali. Khususnya pasca berita terkait Dana Bagi Hasil antara pemprov DKI dan Pusat serta beredarnya wawancara Anies dengan media Australia.

Para buzzer yang kelihatannya bergaung ganas itu seperti koor paduan suara yang sayangnya menghasilkan ketomprang ketompreng yang tidak karuan bunyinya.

Ciri utama isi narasi mereka adalah memutar balikan fakta yang tersaji di seputar kebijakan, preferensi maupun aktifitas dialog Gubernur Anies diforum media pers visual maupun cetak.

Kedahsyatan para buzzer ini semakin menjadi-jadi manakala wawancara Anies bersama The Sydney Morning Herald dan The Age sebagai media utama di Australia dirilis media-media lokal dan nasional.

Bagaimana narasi para buzzer dalam artikelnya yang hanya berisi putar balik fakta dan kecaman bengis bahkan intimidasi bahasa vulgar yang jauh dari estetika sebuah ulasan tentunya tidak perlu lagi ditulis ulang disini.

Selain menjijikan juga sangat tidak terdidik untuk cerdik memberi ilustrasi fakta kepada pembacanya. Yang ada hanya kesan hasrat caci maki untuk memenuhi kesepakatan tertentu dibaliknya, yakni jatuhkan kredibilitas Anies bagaimanapun caranya. Cukup sadis kiranya.

Publik yang waras walaupun bukan pendukung Anies tentu dengan mudah bisa memakai nalar logikanya, mana kebenaran fakta dan mana kebohongan cerita.

Ada spot narasi anti Gubernur Anies yang menarik ketika seorang hater mengulas artikel penulis politik kondang Zeng Wei Jian yang disoraki sebagai mantan buzzer Anies telah kembali berakal sehat dan bukan berkarat.

Betapa tidak menyenangkan kaum buzzer hater Anies menerima kedatangan ZWJ yang dibilangnya telah memberondong Anies dengan sadis tanpa ampun dengan satu kata Hoax..!!

Memang setelah membaca artikel itu terlihat kemudahan ZWJ menutup komentarnya tentang berita di media Australia itu dengan kata Hoax! Tapi pembaca tampaknya akan sulit menemukan alasan hoaxnya dimana??

Kalau sebatang emas dibilang besi dilapis kuningan tentu mudah dibilang hoax. Tetapi kalau pernyataan berfakta konkrit dan hanya oleh seorang Gubernur yang bila mendusta pemerintah pusatnya tentu setidaknya sudah dikirimi surat ‘cinta’. Tentu sulit juga di hoax hoax kan gitu.

Jadi bisa juga mereka sendiri yang sudah berkarat karena ulasannya cenderung cacat logika kalau tidak dibilang cukup jahat sebagaimana selera para buzzer hater Anies itu.

Uniknya tanpa memerlukan buzzer tandingan, justru dukungan simpatik kepada Anies semakin meluas. Tidak ada pretensi Anies yang sudah sangat sibuk untuk mengurusi pembullyan kosong dari buzzer semacam itu.

Gubernur Anies tampaknya sudah mulai ancang-ancang mengambil langkah paling minim seandainya kebijakan-kebijakan pusat semakin melebarkan pintu PSBB nya. Friksi tidak diperlukan lagi karena fakta sudah diungkapkan.

Aturan denda 250 ribu rupiah tidak pakai masker adalah salah satu cara paling sederhana dalam melindungi warganya. Bukan soal nilai dendanya, tapi bermasker saat berinteraksi diruang publik adalah salah satu pencegahan yang efektif.

Berani karena benar rupanya ajaran bijak paling sederhana yang sudah diterapkan Anies.
Dan dengan dijembatani para buzzer hater itu semakin terlihat sifat mulia langkah-langkah Anies.

Hal itu terjadi karena mereka melempar kebohongan yang semakin memperbesar kebenaran yang dikemukakan Anies selaku Gubernur yang concern pada perlindungan warganya…