Muhadjir yang Dulu Lempar Teguran Keras Anies, Kini Beri Anies Pujian

Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan saat ini koordinasi di lapangan sudah berjalan semakin baik di DKI Jakarta. Penyaluran bantuan sosial (bansos) dari pemerintah atau Presiden Joko Widodo (Jokowi) bagi masyarakat terdampak virus Corona di DKI Jakarta kini telah memasuki tahap II.

“Saya kira sudah semakin baik. Koordinasi dengan Pak RT/RW untuk masalah data terus kita perbaiki, di level masyarakat untuk pembagiannya pun sangat mengedepankan asas gotong royong,” kata Muhadjir melalui keterangan tertulis, Sabtu (9/5/2020).

Muhadjir mengapresiasi kinerja perangkat desa, terutama RT/RW, lurah, hingga camat dan masyarakat yang mau saling berbagi. Dia mengatakan pemerintah tengah berupaya membenahi penyaluran bansos agar tidak terjadi lagi keributan.

“Dalam kondisi seperti ini kita sama-sama memahami, yang penting disepakati dengan baik, jangan ribut, dan dirasakan bersama serta kita syukuri. Percayalah bahwa pemerintah juga sedang berupaya agar COVID-19 ini segera berakhir,” ungkap Muhadjir.

Muhadjir menjelaskan bansos presiden tahap I di DKI Jakarta telah tersalurkan seluruhnya. Per 8 Mei 2020, penyaluran tahap II sudah mencapai sekitar 7,8 persen atau sebanyak 73.535 keluarga penerima manfaat (KPM). Jenis bantuan untuk program bansos tahap II adalah beras 25 kg yang berasal dari Bulog.

“Saya sudah sampaikan ke Bulog supaya berasnya ini kalau bisa jangan yang langsung 25 kg, tetapi yang dalam bentuk 10 kg, 10 kg, dan 5 kg sehingga lebih mudah kalau mau dibagi-bagi. Yang penting kita utamakan semangat gotong royongnya tadi,” jelasnya.

Untuk bansos presiden tahap III di DKI Jakarta nanti diharapkan sudah dapat diberikan kepada 1,3 juta keluarga dan sudah terpisah dengan alokasi bantuan dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebanyak 800 ribu keluarga.

Sementara itu, bantuan paket sembako tahap I di wilayah Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Bodetabek) juga sudah mulai berjalan dengan target 516.407 KPM.

Sebelumnya, sempat terjadi polemik terkait penyaluran bansos untuk masyarakat terdampak pandemi COVID-19 di DKI Jakarta. Awalnya Muhadjir mengaku sempat bersitegang dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Penyebabnya adalah ketidaksinkronan data mengenai penyaluran bantuan sosial (bansos) untuk masyarakat yang terdampak pandemi virus Corona (COVID-19) di Jakarta.

Pernyataan itu disampaikan Muhadjir dalam webinar dengan topik Kebijakan Strategis Menghadapi Dampak Pandemik di Sektor Pembangunan Manusia Berbasis Revolusi Mental seperti dilihat Kamis (7/5/2020). Muhadjir awalnya bicara mengenai problem utama penyaluran bansos yaitu sinkronisasi data.

“Kita tahu datanya itu sebetulnya, data untuk menangani miskin di Indonesia sudah ada DTKS, data terpadu kesejahteraan sosial yang ada di Kemensos, itu yang jadi patokan semuanya. Tetapi harus diingat dengan adanya COVID ini, banyak orang miskin baru, miskin kagetan gara-gara COVID,” ujar Muhadjir.

“Pengusaha banyak terutama UMKM jualan bakso, jualan asongan jualan gerobak itu semula punya hidup sehari-hari aman, tiba-tiba penghasilannya hilang karena mata pencahariannya hilang,” ujar dia.

Muhadjir mengatakan virus Corona ini berdampak signifikan terhadap kehidupan masyarakat. Mereka yang awalnya mempunyai penghasilan sehari-hari kini kehilangan mata pencahariannya.

Barulah Muhadjir menyinggung soal koordinasi mengenai data bansos dengan Pemprov DKI. Dia mengaku sempat menegur Anies karena khawatir ada kekacauan penyaluran bansos di lapangan.

“Dan inilah yang banyak dan itu tidak ada dalam data karena itu sekarang problemnya data, termasuk di DKI yang sekarang kita bantu ini problem data, belum lagi sinkronisasi, koordinasi yang dimaksud oleh Pak Djayadi tadi. Misalnya kami dengan DKI ini agak sekarang sedang tarik menarik artinya cocok-cocokkan data bahkan kemarin saya dengan Pak Gubernur, agak saya tegur keras Pak Gubernur, karena kemarin waktu rapat kabinet terbatas, dia menyodorkan data miskin baru di Jakarta itu sekitar 3,6 juta orang beliau menyampaikan akan bisa mengatasi yang 1,1 kemudian sisanya minta ditangani oleh pusat,” ujar Muhadjir.

Muhadjir mengatakan data dari RT/RW terkait warga yang berhak menerima bansos tidak dilaporkan. Menurut Muhadjir, hal itu bisa menyebabkan keributan di tengah masyarakat.

“Karena itu perorangan maka kemudian kita breakdown menjadi keluarga kemudian Kemenko PMK, pak mensos, melalui Mensos kita alokasikan 1,3 juta kepala keluarga yang akan kita supply, tetapi di lapangan ternyata bahwa bantuan gubernur itu sekadar untuk mengisi kekosongan pemerintah pusat mengisi, kan di lapangan jadi kacau kenapa? karena daftar yang diturunkan oleh DKI ke Kemensos, data yang kemarin menerima bantuan Gubernur. Sementara RT/RW seperti Pak Djayadi sebut itu punya data sendiri yang itu mestinya dikirim ke Kemensos tapi itu tidak dikirim ke Kemensos, ketika datang bantuan dari kita, yang tercatat tuntut supaya itu haknya, sementara yang didaftar tuntut juga, sudah didaftar kok nggak dikasih, bayangkan di lapangan,” kata Muhadjir.

Muhadjir lantas meminta Anies untuk tidak merubah data yang telah disepakati dalam rapat kabinet terbatas. Jangan sampai, kata Muhadjir, masyarakat ribut di lapangan kemudian melampiaskan kekesalannya kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).

“Untung saya menteri yang suka di lapangan, saya turun sendiri cek ke lapangan, kalau nggak itu, bukan apa, mungkin sudah terjadi keributan kericuhan di DKI gara-gara itu. Kalau kita tidak tahu bagaimana dinamika di lapangan,” tutur Muhadjir.

“Karena itu kemarin saya jelaskan, ingatkan Pak Gubernur, Pak Gubernur kan ada kesepakatan itu rapat kabinet tidak begitu, Gubernur sanggup, DKI sanggup 1,1 juta, kita siapkan 2,5 juta, jadi jangan dirubah itu, kalau dirubah kacau, soal nilainya berbeda, bantuannya itu kita bicarakan teknis di lapangan, penjelasan ke masyarakat tapi jangan sampai yang sudah didaftar RT/RW ini nggak diberi ini bisa kacau nanti, RT/RW digebuki warga, kemudian warganya juga protes ke pemerintah pusat, pakai video yang maki-maki presiden, presidennya nggak tahu apa-apa,” beber Muhadjir.

(yld/eva)


Baca juga:  Kasus Dugaan Korupsi Pemberian KPA Oleh Bank DKI Ditanggapi Warga Jakarta