Jeritan Suara Hati RT/RW di Tengah Pandemi Covid-19

Oleh: Tardjono Abu Muas, Pemerhati Masalah Sosial

Ketika ada rumah warga dibobol maling lapor ke RT/RW. Ketika ada banjir lari ke RT/RW. Ketika ada orang yang hilang lapor ke RT/RW. Ketika ada warga berkelahi lapor ke RT/RW. Ketika ada yang mati pun lapor ke RT/RW. Ketika ada warga yang menikah pun perlu ke RT/RW

Kini giliran musim wabah pandemi Covid-19 pemerintah berjanji manis di Televisi, menyuruh semua warga didata oleh RT/RW. Perintahnya, jangan ada data warga yang tertinggal atau tercecer, akhirnya semua warga berbondong-bondonglah ngantri mendaftar ke RT/RW

Rasa kantuk dan lelah memasukkan data warga sudah tidak dirasakan lagi. Semua dilakukan semata-mata demi kebahagiaan, ketentraman dan kenyamanan warga.

Tapi entah apa mau dikata, ketika janji-janji manis para pemimpin jauh panggang daripada api. Untaian harapan semua warga masyarakat hilang sudah, yang tersisa hanyalah kekecewaan dan kedongkolan belaka.

Kini, tiba saatnya RT/RW jadi makian dan cibiran warga. Saatnya RT/RW jadi tudingan dan tuduhan warga. Saatnya RT/RW jadi fitnahan warga.

Kalaulah kerja RT/RW tidak disertai ketulusan dan kecintaan, mungkin lebih baik menanggalkan jabatan selaku RT/RW daripada didera caci-maki warga yang sungguh sangat menyayat hati. Kadang ada yang bertanya, berapa seeh RT/RW digaji sehingga bebannya begitu amat berat?

Lewat tulisan ini RT/RW hanya memohon: “Tolong jangan banyak berjanji apabila tidak ada bukti. Tolong jangan banyak cakap manis di Televisi kalau akhirnya rakyat tersakiti. Lebih baik sedikit bicara tapi banyak kerja nyata daripada terus berbicara nggak ada bukti apa-apanya”.

Ingat data rakyat bukan alat komuditi politik dan ingat pula kesusahan warga jangan jadi alat pencitraan diri.

Biarkan warga kami yang sudah nyaman, jangan diusik dengan janji-janji. Biarkan warga kami yang sudah terbiasa hidup dengan berbagai ujian jangan ditambah lagi dengan iming-iming yang tak pasti. Janganlah kekecewaan warga kami ditambah lagi dengan berbagai kebijakan yang tak berarti. Warga kami tidak banyak menuntut asalkan saja para pemimpin jangan banyak menebar janji.

Demikianlah jeritan hati kami RT/RW di negeri yang konon gemah ripah loh jinawi.