Corona Mengancam Ekonomi, Ini 5 Cara Jauhkan Keluarga dari Kemiskinan

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan persentase jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 9,41 persen pada Maret 2019. Persentase tersebut sama dengan jumlah penduduk sebanyak 25,14 juta jiwa.

Mengacu pada data tersebut, bagaimana jadinya angka kemiskinan di Indonesia ketika pandemi virus Corona sedang merajalela, bahkan di dunia? Apakah terjadi peningkatan? Sampai saat ini, jawaban dari pertanyaan tersebut memang masih belum pasti.
Namun, informasi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang berembus belakangan ini menjadi indikasi bahwa angka kemiskinan di Indonesia berpotensi naik.

Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo menyebut 1,6 juta pekerja telah dirumahkan atau di-PHK sebagai dampak negatif pandemi virus Corona terhadap ekonomi.

Bahkan, skenario terburuknya seperti yang diungkap Bank Dunia, ada 11 juta orang di kawasan Asia Timur dan Pasifik yang bisa terperosok dalam jurang kemiskinan. Hal tersebut bisa saja terjadi kalau “urgent action” tidak segera diambil.

Ada 115 juta calon kelas menengah di Indonesia, tapi rentan jatuh miskin
Belum lama ini, Bank Dunia merilis laporan yang berjudul Aspiring Indonesia: Expanding the Middle Class. Laporan tersebut menyebut kesuksesan Indonesia menekan angka kemiskinan.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia tiap tahunnya yang rata-rata 5,6 persen berdampak positif terhadap naiknya orang-orang berpendapatan menengah di Indonesia (> Rp 15 juta per bulan).

Jumlah penduduk yang masuk kelas menengah pun bertumbuh. Bank Dunia mencatat hingga saat ini kelas menengah di Indonesia mencapai 20 persen dari populasi penduduk Indonesia.

Mereka yang digolongkan sebagai kelas menengah (middle class) adalah golongan yang hidupnya serba berkecukupan dan berada dalam kondisi yang layak. Singkatnya, kondisi keuangan golongan kelas menengah dikategorikan aman.
Di Indonesia ada lima kelas berdasarkan pendapatannya, yaitu:
– poor,
– vulnerable,
– aspiring middle class,
-middle class, dan
– upper class.

Alih-alih pertumbuhan ekonomi mendongkrak orang-orang masuk ke middle class, ternyata 115 juta penduduk di Indonesia masuk golongan aspiring middle class.

Mereka yang berada di golongan ini bisa aja melompat masuk ke middle class, tapi juga rentan jatuh miskin, apalagi di tengah mewabahnya Corona saat ini.

Perlu diingat, banyaknya angkatan kerja di Indonesia ternyata bekerja di sektor informal. Data BPS 2019 menunjukkan jumlah pekerja informal di Indonesia mencapai 74,1 juta. Sementara jumlah pekerja formal mencapai 55,3 juta.
Adanya kebijakan Work From Home alias WFH demi menekan penularan COVID-19 justru tidak cocok diterapkan bagi para pekerja informal yang sedemikian besarnya. Kalau sampai terjadi lockdown, mereka lah yang paling merasakan dampaknya.

Sekarang saja dengan pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), pekerja di sektor informal ini telah merasakan penurunan pendapatan harian. Malahan penurunan ini telah terasa sejak banyaknya orang yang bekerja di rumah.
Bukan tidak mungkin penurunan omzet di sektor informal turut berdampak di sektor formal. Ekonomi yang telah sedemikian terhubungnya menjadi sebab kenapa efek buruk di satu sisi bisa merambat di sisi lainnya.

Ancaman melemahnya ekonomi tampak nyata dan momok kemiskinan pun membayangi golongan aspiring middle class. Meski begitu, ada beberapa cara yang bisa dilakukan agar terhindar dari jurang kemiskinan.
Cara melindungi keluarga agar tidak masuk golongan yang rentan miskin
Informasi di atas mengajak kita berpikir apa yang dapat dilakukan supaya kondisi keuangan tetap aman dan keluarga tidak berada dalam kesusahan alias jatuh miskin.

Kalau keluarga mengandalkanmu dalam memenuhi kebutuhan atau setidaknya kamu peduli dengan keluarga, berikut ini cara-cara antisipatif yang dapat dilakukan.

1. Bukan gaji besar, melainkan keuangan terencana yang memberi jaminan
Gaji besar menjadi harapan semua orang, tapi belum tentu menjamin hidup seseorang serta keluarganya aman secara finansial.
Selama mengelola pendapatannya masih asal-asalan, selama itu pula pundi-pundi keuangannya sering jebol akibat pengeluaran tidak terkontrol.
Perencanaan keuangan menjadi salah satu cara melindungi keluarga dari kemungkinan terburuk yang kapan saja bisa menghantam kondisi keuangan.
Lalu, bagaimana memulai perencanaan keuangan? Selalu alokasikan pengeluaran berdasarkan bujet: 50/20/30 atau 60/20/20.

2. Dana darurat adalah yang utama maka prioritaskanlah

Menurut data Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia (Revisit 2017) dari OJK, sekitar 61,7 persen penduduk Indonesia mengandalkan tabungan dalam menopang ketahanan keuangan akibat kehilangan pekerjaan.
Itu berarti betapa pentingnya dana tabungan, terutama dana darurat dalam menjaga kondisi keuangan. Buat Anda yang belum menaruh perhatian terhadap dana darurat, ini saatnya memulai bangun dana tersebut.

Milikilah dana dana darurat minimal 3 – 6 kali penghasilan bulanan. Makin besar, makin bagus dalam menjaga ketahanan keuangan keluarga.

3. Mulai berinvestasi dan lakukan secara disiplin

Berinvestasi memang bukan cara cepat menjadi kaya, melainkan menanam harapan buat menjamin masa depan.
Demi terwujudnya hidup mapan di masa depan, kamu bisa investasikan uangmu dalam sejumlah instrumen dengan harapan uang tersebut terus bertumbuh.

Sejumlah instrumen investasi yang dapat menjadi pilihan mencakup deposito, Surat Berharga Negara, obligasi, reksa dana, hingga saham.
Mulailah berinvestasi dari instrumen yang simpel dan minim risiko saat ini semisal deposito ataupun reksa dana pasar uang.
Sisihkan uang dari penghasilanmu minimal 10 persen sebagai dana investasi. Sisihkan secara rutin, dan lihat hasilnya. Ingat, instrumen investasi dapat menjadi warisan lho!

4. Investasi bukan semata-mata uang, tapi skill yang potensial di dunia kerja

Manfaatkan waktumu sebaik mungkin selama bekerja untuk meningkatkan dirimu agar semakin bernilai dalam dunia kerja. Sekarang ini dunia kerja makin dinamis dan beberapa profesi baru bermunculan.

Profesi baru yang bermunculan tersebut memerlukan kemampuan atau skill khusus. Tenaga kerja yang menguasai skill tersebut dipandang sebagai aset berharga yang dapat mengoptimalkan kinerja perusahaan.
Beruntunglah Anda yang bekerja di tempat yang memberi dukungan buat mendalami kemampuan atau skill baru. Kalau tidak, Anda bisa juga mengetahui skill apa yang dibutuhkan dengan rajin memantau informasi tentang hal tersebut.
Investasikan uangmu buat mempelajari skill-skill yang berguna langsung terhadap karier. Sebab penguasaan akan skill-skill tersebut berdampak terhadap meningkatnya penghasilanmu nantinya.

5. Lebih banyak proteksi itu lebih baik maka milikilah asuransi di luar BPJS supaya hidup lebih pasti

Penyediaan BPJS oleh pemerintah menjadi cara efektif agar orang-orang terhindar dari kemiskinan. Karena sifatnya wajib, banyak orang di Indonesia pastinya telah terlindungi BPJS, baik BPJS Kesehatan maupun BPJS Ketenagakerjaan.
Namun, apakah BPJS telah cukup? Daripada cukup, lebih baik lebih dari cukup. Anda bisa menyisihkan penghasilan minimal 10 persen demi mendapat tambahan proteksi berupa asuransi jiwa ataupun asuransi kecelakaan.

Saat keluarga kehilanganmu, asuransi jiwa dan asuransi kecelakaan menjaga ketahanan keuangan keluarga. Caranya, ahli warismu bakal menerima uang pertanggungan dari perusahaan asuransi. Ini pun masih ditambah dengan benefit-benefit lainnya.
Tidak usah menunggu lagi, lakukan segera cara-cara melindungi keluarga di atas supaya orang-orang yang Anda sayangi gak hidup dalam kesulitan, apalagi sampai jatuh miskin. Semoga bermanfaat!