Jokowi Sebut Beda Mudik dengan Pulang Kampung, Pengamat: Pernyataan Konyol Seorang Presiden

Presiden Joko Widodo (Jokowi) membuat pernyataan konyol yang menyebut beda mudik dengan pulang kampung.

Demikian dikatakan pengamat politik Muslim Arbi dalam pernyataan kepada suaranasional, Rabu (22/4/2020). “Harusnya Presiden Jokowi mengetahui mudik itu sama dengan pulang kampung,” ungkapnya.

Kata Muslim, pernyataan Jokowi yang membedakan mudik dengan pulang kampung menunjukkan kualitas pengetahuan aslinya. “Harusnya hal-hal mendasar seperti istilah mudik, pulang kampung sudah diketahui seorang presiden,” paparnya.

Menurut Muslim, Jokowi yang membuat pernyataan salah justru dibenarkan para pendukungnya melalui buzzer. “Saya amati para buzzer mendukung pernyataan Jokowi. Justru buzzer ini yang menjerumuskan Jokowi,” jelas Muslim.

Baca juga:  Polisi Makin Represif dan tak Diberitakan Media, Demo Jungkalkan Jokowi-JK Makin Kuat

Ia mengatakan, kesalahan Jokowi yang membedakan mudik dengan pulang kampung berdampak pada kebijakan di tengah virus corona baru (Covid-19). “Nantinya orang bisa membantah ketika ada operasi penertiban untuk tidak mudik. Mereka yang ditangkap polisi akan membantah bukan mudik tetapi pulang kampung karena di Jakarta sudah tidak punya pekerjaan,” pungkasnya.

Sebelumnya, Presiden Jokowi menegaskan mudik berbeda dengan pulang kampung. Orang yang pulang kampung tidak bisa disalahkan karena di Jakarta tidak punya pekerjaan dan waktunya bukan saat lebaran.

“Kalau itu bukan mudik, itu pulang kampung. Yang bekerja di Jabodetabek, di sini, tidak ada pekerjaan, mereka pulang,” kata Jokowi di acara Mata Najwa, di Trans 7, dalam wawancara ekslusif di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (21/4).

Baca juga:  Urusan Mantu Jokowi Kerahkan Relawan, Saat Bencana Relawan Ngumpet

“Apa bedanya?” tanya Najwa.

“Kalau mudik itu di hari lebarannya. Kalau pulang kampung itu bekerja di Jakarta pulang ke kampung,” jelas Jokowi.

“Itu timing saja kan, faktanya orang sudah mudik dan bisa menyebarkan [Corona]?” timpal Najwa.

“Coba liat di lapangan, di Jakarta mereka sewa ruang isi delapan orang. Di sini tidak bekerja, lebih bahaya mana? Di dalam ruangan dihuni sembilan orang, tapi pulang kampung tapi sudah disiapkan isolasi oleh desa?” tutur Presiden.