Timbulkan Kegaduhan – Stafsus Undur Diri

Oleh: Tardjono Abu Muas, Pemerhati Masalah Sosial.

Lima bulan lalu tepatnya pada 21 November 2019 lalu, Presiden Jokowi mengenalkan kepada publik tujuh Staf Khusus (Stafsus) nya yang disebutkan tugasnya adalah mengembangkan inovasi-inovasi di berbagai bidang. Nama Adamas Belva Syah Devara (29) sebagai Chief Executive Officer (CEO) Ruangguru sempat diperkenalkan oleh Presiden Jokowi ke publik di urutan pertama.

Kronologi kesuksesan pendidikan Adamas sempat pula disebutkan oleh presiden, tentu harapannya untuk meyakinkan kepada publik bahwa yang bersangkutan layak masuk ke lingkaran terdekat istana untuk mengembangkan keahliannya.

Usia yang relatif tergolong masih muda dengan tingkat pendidikan yang relatif cukup pula memadai, ternyata belum cukup memadai kedewasaan bagi yang bersangkutan tatkala dirinya meniadi bagian dari pejabat publik.

Baca juga:  Tatkala Bau Duren Lebih Menyengat daripada Opak Ketan KM 50 Cikampek

Bergulirnya program Kartu Prakerja oleh pemerintah yang melibatkan dirinya, sepertinya tak masuk dalam benak Adamas akan memunculkan polemik yang cukup membuat kegaduhan di tengah pandemi Covid-19. Tak tahan dengan berbagai macam bully-an lewat media sosial akhirnya yang bersangkutan mengambil keputusan “undur diri” sebagai stafsus presiden

Dengan “undur diri” dari lingkungan yang senantiasa menjadi sorotan publik soal tugas dan fungsi stafsus, semoga Adamas mau belajar lebih dalam lagi jika dirinya mau terjun di dunia bisnis untuk merintis dari bawah tanpa harus mengandalkan “aji mumpung” atau “katebelece” yang menyertainya.

Jika mau jadi pengusaha yang handal, jadilah petarung sejati di tataran dunia bisnis yang dirintis dari bawah yang sangat memungkinkan akan merasakan jatuh-bangun dalam pengelolaan bisnisnya. Terasa tak eloklah jika di tengah pandemi Covid-19 yang sedang kita rasakan bersama lantas mengambil kesempatan dalam kesempitan.

Baca juga:  Survei LSI : Ali Lubis Berpeluang Besar Lolos ke DPRD DKI Jakarta Tahun 2024

Alasan pengunduran diri Adamas sebagai stafsus presiden karena tidak ingin kasus yang melibatkan dirinya menjadi polemik berkepanjangan atau memunculkan “kegaduhan” baru, layaklah kiranya kita apresiasi. Kenapa layak diapresiasi? Karena kita tahu, tidak sedikit para pejabat publik yang lebih senior dari Adamas yang sering membuat kegaduhan-kegaduhan baik lewat lisan maupun kebijakannya, hingga sekarang tak ada yang berani “undur diri” seperti yang dilakukan Adamas. Kita tunggu saja keberanian “undur diri” pejabat publik yang merasa tidak mampu dan sering memunculkan kegaduhan. Anak muda seusia Adamas sudah memulainya, kapan para seniornya?