Covid-19 Versus Pariwisata

Oleh: Tardjono Abu Muas, Pemerhati Masalah Sosial

Betapa masifnya penyebaran virus corona (Covid-19) yang sudah merambah ke lebih dari 100 negara di dunia tak terkecuali Indonesia yang tingkat penyebarannya hanya dalam waktu relatif singkat.

Nyaris semua negara terdampak covid-19, masing-masing penentu kebijakannya berupaya mengisolasi warganya dengan berbagai kebijakan. Italia, merupakan negara terdampak terberat di luar China kini telah mengeluarkan kebijakan mengisolasi 60 juta warganya. Korea Utara lebih tegas lagi telah mengeluarkan kebijakan tembak mati warga China yang mau coba-coba masuk ke perbatasan negaranya. Kesemuanya kalau dicermati kebijakan tersebut dalam rangka melindungi warganya.

Kalau boleh diilustrasikan dengan sebuah peribahasa, Lain Koki Lain Pula Masakannya, kebijakan negara yang satu akan lain pula dengan kebijakan negeri lainnya. Kalau negara tetangga mengeluarkan kebijakan cukup ketat untuk melindungi warganya, lain lagi di negeri ini terkesan begitu longgar dengan membuka lebar-lebar 10 pintu destinasi pariwisata bahkan ada embel-embel obral diskon tiket bagi para pelancong.

Terlihat kebijakan negeri ini berkisar hanya semata-mata pada hitungan devisa wisata. Alih-alih dapat menambah devisa wisata, jangan-jangan kedatangan wisatawan ke 10 lokasi destinasi wisata malah membuka peluang penyebaran covid-19 tak terkendali. Semoga saja warga yang berada di titik-titik lokasi destinasi wisata dapat memproteksi diri dari kemungkinan terdampak covid-19?

Langkah bijak pemerintah yang kiranya layak dipertimbangkan adalah menunda atau mencabut kebijakan obral tiket bagi wisatawan menunggu perkembangan penyebaran covid-19 mereda.