Tukangharian.id, Aplikasi yang Siap Menyejahterakan Tukang di Indonesia

Jakarta – Inisiator sekaligus penggagas aplikasi Tukangharian.id, Haidar Alwi, mengatakan ingin menyejahterakan tukang yang ada di Indonesia. Saat ini, kata dia, jumlah tukang di Tanah Air berdasarkan data Adhi Karya mencapai 17 juta orang. Jumlah itu jauh lebih besar dari jumlah seluruh pegawai negeri sipil (PNS) dan karyawan BUMN.

“Kalau buruh banyak yang urus, tapi kalau tukang gak ada yang urus. Buruh itu ada asosiasi, setiap tanggal 1 Mei demo minta naik gaji dan mereka dapat BPJS, kalau tukang gak bisa begitu,” kata Haidar saat menggelar syukuran aplikasi Tukangharian.id di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta (19/12).

“Lewat aplikasi ini kita ingin berdayakan tukang ini,” tegasnya.

Menurut Haidar, aplikasi Tukangharian.id menganggap para tukang sebagai tenaga kerja. Berbeda dengan konsep Gojek atau Grab yang menganggap driver sebagai mitra, sedangkan Tukangharian.id menyediakan fasilitas BPJS, asuransi hingga uang pensiun.

Haidar Alwi (tengah)

Selain itu, tukang yang dimaksud juga bukan tukang bangunan saja. Aplikasi Tukangharian.id masih terus mengembangkan spesifikasi profesi tukang, mulai dari tukang cuci, tukang rias, tukang bangunan, tukang listrik, tukang air, tukang las, hingga tukang masak.

“Nah, di aplikasi itu ada listnya. Tinggal buka aplikasi dan lihat itu banyak jenis tukangnya lalu nanti bayarnya di TuPay atau Tukang Payment.”

“Di aplikasi kita juga akan masukkan fitur misalnya toko bangunan dan sebagainya. Nanti bayaran tukang ini langsung masuk ke ATM,” ujarnya.

Para tukang ini diwadahi organisasi Dewan Pertukangan Nasional (DPN) Perkasa yang kini dipimpin Muhammad Kuswandi Amin. Dalam kesempatan yang sama Muhammad Kuswandi mengatakan organisasi DPN yang akan mengurus kesejahteraan para tukang seperti BPJS dan fasilitas lainnya.

“Termasuk fasilitas untuk anak istri tukang karena DPN sifatnya sebagai organisasi,” kata Muhammad Kuswandi.

Untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi para tukang, DPN Perkasa akan memberikan sertifikasi dan standar tertentu agar tukang yang memberikan layanan memang kompeten serta menghindarkan dari komplain.

“Kami sudah hitung dan perkirakan semuanya. Lewat aplikasi ini setiap kerja atau orderan datang dan disetujui, maka uang langsung masuk ke rekening. Dengan aplikasi ini tukang bisa kerja fleksibel. Pagi antar anak lalu jam 10 baru terima pesanan sampai sore,” kata dia.

Muhammad Kuswandi memperkirakan, jika satu orang tukang mendapat orderan tiga sampai lima perhari, itu sudah sampai Rp 400 ribu atau Rp 500 ribu.

“Kesejahteraan tukang itu belum diperhatikan oleh pemerintah sehingga kami akan backup. Untuk tahap awal tukang-tukang di kecamatan se-Jabodetabek kita kumpulkan dulu. Sudah ada korwil masing-masing yang akan bergerak sosialisasi aplikasi sampai edukasi menggunakan ponsel.”