Penistaan Nabi Muhammad SAW di Solok, Cerminan Sikap Rezim Berkuasa

Penistaan Nabi Muhammad SAW di soal ujian SD di Solok dinilai sebagai cerminan rezim yang tengah berkuasa.

“Penistaan terhadap Nabi Muhammad SAW pada soal ujian SD di Solok, itu cerminan sikap rezim yang berkuasa saat ini, rezim yang kerap menista agama Islam dan menzalimi rakyatnya. Rezim yang berkuasa karena diterapkannya sistem kufur demokrasi,” tegas Joko Prasetyo, pengamat sosial politik, kepada Suaranasional, Kamis (12/12/2019).

Menurutnya, penistaan itu akan terus berlanjut, selama kaum Muslimin tidak mengganti sistem kufur demokrasi menjadi khilafah. Karena khilafah merupakan sistem pemerintahan yang menerapkan syariat Islam secara kaffah termasuk melindungi agama Islam dari penistaan.

Baca juga:  Aktivis Politik: Kadernya Terlibat Korupsi Bansos, Rekening Partai Harus Dibekukan & PDIP Dibubarkan

“Sedangkan demokrasi? Demokrasi adalah sistem kufur yang jelas-jelas menistakan Islam, karena kewajiban dari Allah hanya bisa dilaksanakan bila mendapatkan suara terbanyak DPR/parlemen. Dengan kata lain, derajat Allah SWT di bawah telapak kaki ratusan anggota DPR/parlemen. Apa tidak menistakan agama Islam itu? Itu justru penistaan yang hakiki,” tegasnya.

Jadi, lanjut Joko, penistaan dalam soal ujian pelajaran agama Islam kelas IV di Solok, atau penistaan agama yang dilakukan Megawati, Sukmawati, Abu Janda, Victor Laiskodat, Ade Armando dan lainnya, itu belum ada apa-apanya dibanding dengan penistaan sistematis sistem kufur demokrasi.

Baca juga:  Jalan Desa Gintungan Lamongan Rusak, Kepala Desa Cuek

“Sistem yang menempatkan derajat Allah SWT di bawah telapak kaki ratusan anggota DPR/parlemen. Anda tak mau agama Islam dinista? Udah khilafah aja!” pungkasnya.