KH Faiz Syukron Ma’mun: Kota Kudus sebagai Cermin Kerukunan Berbangsa

Buku As’ad Said Ali yang berjudul Islam, Pancasila dan Kerukunan Berbangsa*l dibedah pada Rabu (6/11) siang di Pondok Pesantren Al-Hamid Putra, Jalan Cilangkap Baru, Kelurahan Cilangkap – Cipayung, Jakarta Timur.

Hadir sebagai pembedah KH. M. Faiz Syukron Ma’mun dari Ponpes Daarul Rahman, H. Syaiful Mujab MA selaku Kepala Kanwil Kementerian Agama Republik Indonesia, AKBP Djadjang Hasan Basri selaku Kabidmas Polda Metro Jaya yang mewakili Wakapolda Brigjen Pol. Wahyu Hadiningrat yang berhalangan hadir.

Sekitar 200-an orang yang hadir mayoritas dari Banser dan Ansor, selebihnya berasal dari Advokat Bangsa Indonesia (ABI), guru – guru di Pondok Pesantren Al-Hamid Putra dan kalangan umum lainnya.

KH. M. Faiz Syukron Ma’mun dari Ponpes Daarul Rahman terkesan sosok As’ad Said Ali yang di matanya merupakan seorang Kyai Haji dan dengan kemampuan intelijen yang diakui oleh negara.

“Sosok As’ad dalam pandangan saya tokoh NU dengan pengalaman dalam dunia intelijen yang mumpuni. Beliau menjabat sebagai Waka BIN cukup lama, yautu selama kurun waktu tahun 2000 sampai dengan tahun 2010,” kata Kiai Faiz. .

Yang menarik menurut Faiz pada lembar awal buku, yaitu di prakata mengungkap biografi mini penulis yang berasal dari Kota Kudus di Pantai Utara Pulau Jawa dengan contoh toleransi yang baik dalam keberagaman agama, ras dan etnis.

Warisan akulturasi budaya yang tampak di Kudus adalah adanya Mesjid Al-Quds dengan arsitektur mencirikan keberagaman, mirip candi badan menaranya namun atapnya berbentuk piramida. Tidak jauh dari kedudukan masjid itu ada Klenteng tua Huk Ling Bio yang terawat baik hingga sekarang.

Ada Kampung Pecinan di Kudus, namun uniknya tidak ada Kampung Arab meski warga keturunan Arab cukup besar karena umumnya membaur dan berasimilasi dengan pribumi setempat.

Menurut Kiai Faiz, kisah penulis sampai usia sekolah SMA istilah ‘toleransi’ belum populer tetapi masyarakat Kota Kudus sudah melakukan tanpa ada friksi di tengah hidup berbaur antara penduduk asli Kudus, ras Arab, Cina dan suku bangsa lainnya.

Pengasuh Ponpes Daarul Rahman ini beranggapan bahwa Prakata yang disampaikan oleh KH As’ad sudah mencerminkan adanya Kerukunan Berbangsa yang hendaknya menjadi prototipe bagi masyarakat lain di seluruh tanah air.