Sekelas UGM Pun Bisa Terpapar Kedunguan Rezim

Oleh : Nasrudin Joha

Publik mengira, hanya Undip yang terpapar ‘kedunguan’ rezim Jokowi, sehingga Rektor Undip mengeksekusi Prof Suteki, Guru Besar Sosiologi Hukum dan pengajar Pancasila hanya berdalih tudingan terpapar radikalisme, anti Pancasila, anti NKRI. Ternyata, kedunguan itu merembet ke UGM.

Belum lama ini, Universitas Gadjah Mada (UGM) membatalkan kuliah umum yang rencananya diisi oleh Ustaz Abdul Somad di Masjid Kampus UGM pada Sabtu (12/10). Kepala Bagian Humas dan Protokol UGM Iva Aryani, hanya menyebut pembatalan acara (kuliah umum Abdul Somad) yang rencananya akan diselenggarakan tanggal 12 Oktober 2019, karena adanya pemintaan pimpinan Universitas agar acara dibatalkan. UGM berdalih, alasan di balik keputusan ini adalah untuk menjaga keselarasan kegiatan akademik dan nonakademik dengan jati diri UGM.

Sementara itu, Ketua Takmir Masjid Kampus UGM Mashuri Maschab mengungkapkan reaksi terhadap agenda ini muncul dari alumni UGM. Menurutnya, undangan yang disampaikan ke pimpinan fakultas, universitas, kemudian diketahui publik, ini kemudian memicu reaksi. Menurut orang-orang rektorat (reaksi) itu dari alumni.

Baca juga:  Jika Pilpres 2024 Dua Putaran, Kemungkinan PDIP-Demokrat Berkoalisi

Pertanyaanya, siapkah alumni UGM yang menularkan kedunguan akut kepada UGM sehingga ceramah agama oleh da’i sekelas UAS bisa dibatalkan ? Kemana adab dan tata krama kampus, apalagi kampus sekelas UGM yang ceroboh membatalkan ceramah UAS tanpa alasan yang jelas ?

Apakah alumni UGM itu adalah Jokowi ? Mengingat Jokowi juga alumni UGM. Apakah alasan dibalik pembatalan ceramah UGM ini juga narasinya sama seperti di Undip, khawatir UGM terpapar radikalisme ?

Lantas, secetek apakah benteng pertahanan kaum intelektual UGM jika kedatangan UAS saja takut tertular radikalisme ? Dan sebenarnya, radikalisme itu mahkluk apa ? UGM terbukti bisa membentengi diri dari UAS, tetapi justru pada saat yang sama terpapar kedunguan akut rezim ini.

Seorang ustadz, sekelas UAS diperlakukan tanpa adab, dibatalkan secara sepihak hanya karena dalih desakan alumni. Padahal, haqqul yakin sivitas UGM dan alumni lainnya, justru banyak yang menantikan kehadiran UAS.

Baca juga:  Tak Terima TGB Dikritik, Ngabalin Nilai Amien Rais Hina Ulama

Apakah, hanya karena keinginan segelintir alumni, UGM jadi kehilangan adab ? Membatalkan ceramah seorang ustadz ? Dan mengecewakan sivitas UGM yang lama menunggu nunggu kehadiran UAS ?

Ini semua harus ada penjelasan, penjelasan yang memuaskan nalar intelektual. Bukan penjelasan dungu yang berlindung dibalik otoritas kampus.

Jika kedunguan ini diteruskan, publik akan sangat khawatir dengan masa depan UGM. UGM kan kampus terpandang, masak sekarang jadi terpapar dungu ?

Apakah, sejak rezim Jokowi berkuasa, semua kampus terpapar dungu layaknya UGM dan Undip ? Apakah, sivitas akademika, kaum intelektual tidak tergerak hatinya untuk menyelamatkan masa depan kampus ?