Iwan Fals Tempati Posisi Teratas Calon Wali Kota Depok, Hasil Survei

Musisi Iwan Fals menempati posisi teratas sebagai calon Wali Kota Depok, disusul Mohammad Idris (Wali Kota Depok saat ini), serta Pradi Supriatnya (Wakil Wali Kota Depok saat ini).

Hal ini terungkap dari data survei yang dilakukan oleh Klinik Digital Vokasi Universitas Indonesia (UI) bersama salah satu kelompok penggiat media sosial, Depok 24 Jam dilansir dari laman VIVAnews.

Menurut Pengamat sosial yang juga peneliti dari Klinik Digital Vokasi UI, Devie Rahmawati, respons masyarakat akan elektabilitas partai sangatlah kecil dalam menentukan sosok kandidat pada ajang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Depok, 2020.

Bahkan, sebanyak 48 persen warga tak peduli dengan sejumlah nama yang belakangan ini santer dihembuskan oleh sejumlah tokoh partai di kota tersebut.

Menurut Devie, hal itu dapat dilihat melalui survei kualitatif dengan metode Google form yang menjaring sebanyak 2.800 responden dari Kota Depok. Hasilnya menyatakan, bahwa sosok calon wali kota mendatang yang diinginkan bukanlah melihat dari partai, asal daerah, atau dengan kata lain bias siapa saja.

“Jadi, mereka tidak mempedulikan asal usul si pemimpin, namun intinya dia mampu menyelesaikan masalah Kota Depok secara nyata seperti kriminal, pendidikan, sampah. Tidak peduli dia dari kalangan manapun (partai dan non partai) , atau bukan orang Depok asli yang terpenting mampu menjawab pertanyaan tadi,” kata Devie, Sabtu 14 September 2019

Adapun data penunjang pada survei bertajuk Persepsi Netizens Pra Pilkada Depok 2020 itu ialah, Iwan Fals sang musisi legendaris yang menetap di Depok mendapat persentase 13 persen. Sementara Idris memperoleh 12 persen, unggul dua persen atas Pradi, politisi Gerindra.

“Iwan Fals seperti diketahui seorang publik figur. Namanya besar di kancah musik. Sementara Idris dan Pradi adalah wali kota-wakil wali kota Depok yang memimpin sekarang. Keduanya diuntungkan karena intensitas sosialisasi kepada masyarakatnya tinggi,” ujarnya

Selain ketiga nama di atas, dalam survei yang dirilis juga muncul nama-nama lain, seperti Nuroji (politikus senior Gerindra dan Anggota DPR-RI), Hendrik Tangke Allo (Ketua DPC PDI Perjuangan/DPRD Depok), Imam Budi Hartono (Politikus PKS/DPRD Jawa Barat), dan Babai Suhaimi (Politikus PKB/DPRD Depok). Mereka masing-masing mendapat persentase 3 persen, kecuali Nuroji yang memperoleh 4 persen.

Sedangkan untuk asal partai, PKS masih unggul dengan perolehan sekira 14 persen. Selanjutnya PDIP 14 persen, Gerindra 12 persen, Golkar 2 persen, dan koalisi 3 persen.

“Tapi tetap, penting untuk dicermati kalau mayoritas netizen tak peduli dengan latar parpolnya. Angkanya 57 persen,” jelas Devi.

Kemudian, kepuasan akan birokrasi (Pemerintah) juga terukur hanya dua persen. Dengan kata lain, banyak ketidakpuasan masyarakat terhadap pemerintah saat ini, itu artinya sebagian besar responden menginginkan sosok baru yang penuh dengan gagasan dan mendukung kaum milenial.

“Pemerintah Kota Depok, hingga kini mewakili kelompok tertentu selama kurang lebih 15 tahun. Sehingga, butuh oksigen baru. Masyarakat membutuhkan sosok muda dengan patokan umur 30 – 40 Tahun, karena yang ternyata dilirik adalah kecepatannya dalam mengambil keputusan maupun program,” katanya

Devie mengklaim, hasil survey tersebut sangat efektif karena metode yang digunakan sama seperti Pilkada serentak tahun lalu, yang memilih Calon Gubernur Jawa Barat dan hasilnya, dinilai reliable dalam merepresentasikan kehendak warga Kota Depok.

“Berdasarkan, penelitian kita survei tahun lalu juga sama pemilihan masyarakat terhadap Partai sangat sedikit hanya mencapai dua persen saja. Dan yang dulu kami rilis hasilnya tak jauh berbeda dengan hasil di KPU.”

Terkait hal itu Divie berharap, hasil penelitian tersebut mampu menjadi acuan partai politik di Kota Depok untuk menjawab keresahan dan keinginan masyarakat.

“Survei ini juga, telah digunakan di luar negeri dan itu telah dibuktikan, hasilnya hampir sama seperti di real count,” ujarnya.[viva]