Wartawan Senior: Yang Diundang ke Istana tidak Mewakili Aspirasi Besar Papua

Tokoh Papua yang diundang Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Istana tidak mewakili aspirasi besar Papua.

“Dan NKRI senang menipu diri dengan kongkow bersama mereka yang sama sekali tidak mewakili aspirasi besar Papua,” kata wartawan senior Dandhy Laksono di akun Twitter-nya @Dandhy_Laksono.

Dandhy berkomentar seperti itu menanggapi pernyataan Presiden Jokowi di akun Twitter-nya @jokowi: “Duduk bersama para tokoh Papua yang datang ke Istana Negara, siang ini. Saya mendengarkan berbagai usulan dan aspirasi yang mereka sampaikan. Semua sepakat bahwa pembangunan sumber daya manusia begitu penting.”

Baca juga:  PDIP Sesalkan Demonstrasi Tolak UU Cipta Kerja Berakhir Ricuh

Dandy mengkritisi permintaan warga Papua yang diundang di Istana seperti minta dibangun asrama, minta pengangkatan eselon 1, minta percepatan Palapa ring, atau minta dibangun Istana.

“Pemerintahan Jokowi tampaknya benar-benar sudah tak peduli apakah dianggap kompeten atau tidak di mata publik. 18 tahun lalu, Gus Dur saja tahu harus bicara dengan faksi Papua yang mana. GAM juga punya pecahan. Tapi SBY tahu harus berunding dengan pihak yang mana di Helsinki,” jelas Dandhy.

Kata Dandhy, aspirasi di Papua beragam. Seperti Indonesia dulu. Ada yang ingin merdeka, ada yang nyaman ikut Belanda. Keduanya bukan tentang benar-salah. Ini kemampuan membaca aspirasi umum.

Baca juga:  Jokowi dan Prabowo Bisa Pecah Kongsi

“Twit Presiden menunjukkan ia gagal membaca atau sedang “divide et impera”. Permainan yang berbahaya,” pungkas Dandhy.