Toilet Kotor dan Sampah Berserakan di Madinah & Mekah

Oleh: Shamsi Ali

Sebuah perjalanan jauh memang cukup melelahkan. Apalagi perjalanan itu di jalan-jalan raya Saudi Arabia. Apalagi ketika perjalanan itu di musim panas, di bawah terik matahari 46 C.

Untuk mengurangi kelelahan itu “rest area” atau tempat persinggahan menjadi sesuatu yang penting dan diperlukan. Selain untuk keperluan rutin bani Adam, juga untuk mengurangi kelelahan safar.

Apalagi Saudi Arabia dikenal dengan kekayaannya karena karunia minyak yang Allah berikan kepada mereka. Bayangan kita sudah pasti fasilitas persinggahan itu mewah dan menyenangkan semewah nama yang sering kita dengarkan.

Sayang sekali perkiraan itu jauh dari realita. Di tengah kekumuhan padang pasir, tempat-tempat persinggahan jalan-jalan raya Saudi sangat memprihatinkan. Kotor, bau dan dengan pemandangan yang sangat buruk.

Tempat persinggahan itu hanya bangunan-bangunan, bak sebongkah bangunan tanah liat di pinggiran-pinggiran kota Peshawar atau kampung-kampung kumuh India.

Baca juga:  Pendukung Jokowi Laksanakan Pernikahan Sejenis di Boyolali

Saya jadi teringat, di mana ya dampak beragama yang ketat itu? Yang ringan-ringan dan kecil-kecil seperti “Athhoharatu syatrul iman” ada di mana?

Benarlah kata seorang ulama besar: “saya melihat banyak Islam di Barat tapi sedikit Muslimnya. Sementara di negara Islam banyak Muslim tapi sedikit Islamnya”.

Dari rest area, ke pelayanan HP.

Kemarin saya ingin membeli SIM card lokal di Madinah. Begitu ketatnya proses itu. Harus dengan paspor, bahkan finger printing. Ternyata saya dapatkan SIM card yang tidak berfungsi.

Bukan diganti atau diperbaiki. Tapi malah diminta bayar lagi sebesar harga SIM card itu. Saya pikir tidak apa. Hitung-hitung donasi dari putra Kajang untuk negara ini. Ternyata setelah saya bayar, sim itu tidak lagi berfungsi. Alasannya finger printing saya tidak masuk.

Akibatnya amblas uang itu untuk dua SIM card. Mereka tidak kembalikan uangnya karena alasan sudah dibuka dan dipasang. Uang bukan masalah. Toh nanti saya minta ganti sama Donald, temannya penguasa negeri ini.

Baca juga:  Periksa Mertua Saat Razia, Seorang Polisi Bojonegoro Dapatkan Penghargaan dari Kapolres

Yang saya sayangkan adalah karakter amoral. What a cheat! Kata orang Amerika. Kira-kira persis sama dengan gelar yang pernah diberikan ke presidennya.

Mana Islam? Mana beragama itu? Masihkah simbol-simbol agama itu relevan? Atau malah akan memuakkan bagi sebagian? Bahkan menjadi cemohan dan cercaan bagi agama dan umat ini?

Aku akhirnya melihat ketinggian Islam di dunia Barat. Dan mereka yang menghargai nilainya akan terbawa terbang ke ketinggian itu. Kemajuan Barat karena banyak nilai-nilai Agung agama ini yang diimplementasikan.

Dan kejatuhan umat ini ketika berpaling dari nilai-nilai agamanya yang Agung. Allahu yahdiihim wa iyyaana!

Madīnah-Mekah, 6 Agustus 2019

Putra Kajang di tanah Quraysh

Foto: pemandangan rest area highway Madinah-Jeddah.