Pertemuan Prabowo Subianto dan Jokowi di MRT dari Stasiun Lebak Bulus ke Stasiun Senayan beberapa waktu lalu, yang disebut-sebut pertemuan rekonsiliasi, ternyata tak hanya memunculkan banyak harapan, tapi juga pertanyaan. Salah satunya adalah menyangkut nasib Habib Muhammad Rizieq Shihab yang kini berada di pengungsian.
Adalah Lieus Sungkharisma, koordinator Forum Rakyat, salah seorang yang mempertanyakan hal itu.
“Apa dan bagaimana nasib yang akan terjadi pada Habib Rizieq di masa datang, sangat tergantung pada kedua tokoh tersebut,” ujar Lieus.
Oleh karena itu Lieus meminta kedua tokoh yang oleh pers disebut-sebut sebagai negarawan tersebut, untuk segera memulangkan Habib Rizieq ke Indonesia tanpa syarat apapun.
“Sebagai presiden, pak Jokowi dapat meminta Habib Rizieq untuk pulang tanpa syarat apapun. Sedangkan pak Prabowo, sesuai janjinya pada Ijtima” Ulama II, bisa melakukan langkah-langkah kenegarawanan dengan menjemput sendiri Habib Rizieq ke Arab Saudi dan membawanya pulang ke Indonesia,” tutur Lieus.
Hal itu, kata Lieus, sesuai dengan janji Prabowo Subianto selaku Ketua Umum Partai Gerindra dalam Ijtima’ Ulama II.
“Dari 17 point yang dihasilkan Ijtima” Ulama II yang ditandatangani pak Prabowo, dalam butir ke-16 ada disebutkan bahwa pak Prabowo siap menggunakan hak konstitusional dan atributif yang melekat pada jabatan presiden untuk melakukan proses rehabilitasi, menjamin kepulangan, serta memulihkan hak-hak Habib Rizieq Shihab sebagai warga negara Indonesia,” ujar Lieus.
Oleh karena itu, ujar Lieus, setelah bertemu dengan pak Jokowi, sudah saatnya kini pak Prabowo mengambil langkah-langkah konstitusional bagi memulihkan nama baik dan memulangkan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) tersebut.
“Pak Jokowi dan pak Prabowo harus memulangkan Habib Rizieq ke Indonesia. Kita berharap dalam seminggu ini sudah ada kabar yang menggembirakan terkait kepulangan Habib Rizieq ke Indonesia itu,” tutur Lieus.
Lieus yakin Habib Rizieq pun sangat ingin kembali ke Indonesia jika segala hal yang menyangkut nama baiknya dipulihkan oleh pemerintah. Menurut Lieus, berbagai tuduhan yang selama ini dialamatkan kepada Habib Rizieq haruslah diklarifikasi sehingga tidak menimbulkan fitnah yang berkepanjangan.
“Disinilah kita harapkan peran kenegarawanan pak Prabowo dan pak Jokowi. Sebab tak akan ada gunanya rekonsiliasi dibangun jika persoalan terkait Habib Rizieq dan kriminalisasi terhadap para ulama serta tokoh-tokoh kritis terus terjadi,” katanya.
Lieus mengingatkan lagi bahwa Habib Rizieq adalah ulama besar dengan jumlah pengikut jutaan orang.
“Sejatinya Habib Rizieq adalah asset bangsa jika pemerintahan pak Jokowi mampu menggandengnya. Sebaliknya, membiarkan Habib Rizieq seperti sekarang sama artinya dengan memelihara bom waktu yang akan terus membesar dan satu saat akan meledak,” tutur Lieus.
Karena itu, Lieus sangat tidak sependapat dengan pernyataan orang-orang dekat presiden Jokowi seperti Kepala Staf Kepresiden Moeldoko atau menko Puan Maharani yang dinilainya sangat tidak bijaksana.
“Itu bukan pernyataan pemimpin. Tidak begitu seharusnya seorang pemimpin menyikapi persoalan yang dihadapi rakyat,” kata Lieus.