Tahap III Ekskavasi Situs Candi Patakan Sambeng Lamongan

Proses ekskavasi tahap ketiga situs Candi Patakan yang berada di Dusun Montor, Desa Pataan, Kecamatan Sambeng mulai hari ini dilakukan,Kamis (4/7).

Proses ekskavasi yang diduga kuat bangunan suci peninggalan masa Airlangga tersebut direncanakan akan berlangsung 10 hari.

“Hari ini proses ekskavasi tahap ketiga situs Candi Patakan dilanjutkan dan dimulai kembali oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan Jatim,” kata Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Lamongan, Ismunawan pada wartawan.

Dikatakan oleh Ismunawan, ekskavasi tahap ketiga ini akan dititikberatkan untuk memastikan struktur candi secara utuh. Selain itu, lanjut Ismunawan, ekskavasi tahap ketiga ini juga untuk menampakkan bangunan utama candi dan juga bangunan pendukung candi lainnya. “Hari ini masih mapping atau pemetaan, pengukuran dan sejenisnya,” lanjut Ismunawan.

Baca juga:  Anak Buah Menteri Susi Nyambi Jadi Bandar

Lebih jauh, Ismunawan menambahkan, target minimal ekskavasi akan berlangsung selama 10 hari ke depan. Namun, tandas Ismunawan, target 10 hari tersebut dipastikan lebih sehingga menggunakan anggaran dari BPCB Trowulan Jatim, Pemkab Lamongan juga telah menganggarkan untuk ekskavasi tahap ketiga ini.

“Intinya kita berupaya secepatnya menuntaskan situs Candi Patakan ini sampai terbuka 100 persen,” ungkapnya.

Untuk diketahui, Situs Patakan yang merupakan situs sejarah yang diduga berasal dari zaman Airlangga itu sudah dua kali diekskavasi oleh BPCB Trowulan dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Lamongan. Diawali ekskavasi pada medio 2013, BPCB Trowulan kemudian melanjutkan ekskavasi kedua pada akhir 2018. Pada ekskavasi tahap 2 telah ditemukan luas bangunan yang diperkirakan memiliki panjang sekitar 24 meter dengan lebar 16 meter.

Baca juga:  Di Bawah Andi Amran, Kementan Ekspor Beras Organik ke Jerman

Situs candi Patakan yang diduga adalah bangunan suci masa Airlangga ini pada saat ekskavasi tahap 2 telah menemukan pagar barat yang bangunannya sudah mengkombinasikan antara batu kulit dengan batu putih atau batu kumbung yang memiliki panjang lebih kurang 40 cm.

“Perkiraan kami, bangunan suci ini berasal dari abad 11, yaitu pada masa Airlangga dan berkaitan dengan temuan prasasti Pataan yang saat ini berada di Museum Nasional,” tambah Supriyo pemerhati budaya yang juga ketua PC LESBUMI Lamongan pungkasnya.(RINTO CAEM)