Suksesi Kepemimpinan 2019

Nazar EL Mahfudzi (IST)

Oleh: Nazar EL Mahfudzi
Aktivis 98, Mahasiswa Pascasarjana UMY

Nama Prabowo Subianto, pada kontestasi pilpres 2019 sudah meraih kepercayaan penuh mayarakat, walaupun hasil Situng KPU belum menunjukan tanda-tanda kemenangan.

Putera ‘begawan ekonomi’ Soemitro Djojohadikoesoemo ini muncul sebagai kandidat yang oleh banyak kalangan dianggap mampu menjadi presiden mendatang.

Isu tentang penculikan tak lagi dianggap tabu seperti “bayangan” yang kerap ditempelkan kepada Prabowo sejak Pilpres 2014.

Dalam sebuah praktik politik, fitnah memang kerap dihadirkan sebagai alat menghambat langkah lawan politik. Hal ini terkadang menafikkan fakta-fakta juridis yang telah ditempuh sebagai parameter apakah seseorang dianggap bersalah atau tidak.

Semua tahap dalam seleksi Capres sudah dilalui, bahkan dua kali pencalonan tidak dapat dibuktikan.

Masa depan politik Indonesia sedang dipertaruhkan. Bukan hanya karena banyak prilaku elite politik negeri ini yang kemudian banyak dari Kabinet Jokowi tersangkut korupsi, tetapi juga karena bangsa ini sedang ingin mewujudkan kemandirian bagi pembangunan Infrastrukur dan kesejahteraan masyarakat.

Peradaban demokrasi dalam arah kebijakan nasional kemudian dianggap hanya sebagai barang mainan para politisi untk mengambil keuntungan dari pasar bebas dan inverstor.

Dalam kondisi yang begitu kritis inilah, maka kepemimpinan nasional harus sangat kuat. Diperlukan setidaknya separuh energi bangsa ini untuk bersatu padu bersama sang pemimpin yang nanti terpilih dalam Pilpres 2019 untuk meksanakan suksesi kepemimpinan.

Baca juga:  Biaya Haji Naik, Ketum PBNU: Kalau tak Mampu Ngak Wajib

Para elite politik yang hanya didukung oleh para investor terbukti tak lagi ampuh membawa masyarakat ke arah yang cukup layak.

Suksesi kempemimpinan konsul Roma yang sangat terkenal, Martulus Cicero; “ikan membusuk mulai dari kepala”

Ikan membusuk mulai dari kepala adalah ungkapan kekesalan Cicero pada Kaum Aristokrat dan menandai dimulainya perseteruan antara Cicero dan kaum Aristokrat yang menguasai senat Roma waktu itu.

Hanya ada satu hal yang pantas dilakukan pada ikan yang busuk dan bau yakni memotongnya

Ungkapan-ungkapan itu dapat juga diartikan sebagai tekad Cicero untuk menghabisi kaum Aristokrat yang korup, angkuh dan pongah.

Serangan pada kaum Aristokrat sebagai akibat dari gagalnya mosi yang diajukannya di senat untuk melindungi orang Sisilia yang menjadi miskin karena keserakahan kaum Aristokrat.

“Imperium”adalah Novel pertama dari Novel Trilogi karya Robert Haris yang mengisahkan perjalanan politik Cicero

Sosok Cicero yang berlatar Pengacara pro Bono, ‘orang baru’ dalam kancah politik Roma, naik ke panggung menjadi anggota senat dan akhirnya memenangkan perseteruannya dengan kaum Aristokrat untuk menjadi Konsul (Presiden).

Apakah suksesi kepemimpinan nasional 2019 dapat dilakukan secara konstitusional ?

Sebagaimana Cicero menaiki tangga demi tangga dalam panggung politik republik Roma, rakyat selalu adil ‘menjatuhkan palu’ dalam pemilihan umum dan Cicero selalu menang dibuatnya.

Baca juga:  Pengamat: Ini Dia Bukti Jokowi Ingin Dipuji Terus

Kegusaran Cicero pada kaum Aristokrat memuncak ketika ditengah kerumunan massa ia mengakhiri provokasinya dengan mengatakan’ tapi diperlukan pisau yang baik untuk memenggal kepala itu, karena ini kepala Aristokrat dan kita semua tahu seperti apa kepala itu!

Pernyataan yang cukup tajam kepada kaum Aristokrat sekaligus secara halus.

Satu persatu rakyat hadir sebagai Cicero yang telah mempertaruhakan harta, waktu dan jiwa.

Hampir disetiap kota dan provinsi kemenangan Prabowo menampkan nilai kejujuran, hal inilah memajukan masyarakat yang siap menjadi pisau bagi pulihnya kekuasaan rakyat.

Begitu gigihnya warga masyarakat disetiap tempat mempertahankan Beleho dan spanduk-spanduk ucapan selamat kepada Prabowo

Jika dihubungkan dalam kontestasi pilpres 2019, maka gerakan rakyat “People Power” menjadi kekuatan “Cicero Indonesia Society “

Masyarakat telah melakasanakan pemilu 2019 sebagai Suksesi Presiden secara konstitusional.

Namun kecurangan pemilu yang bersifat Terstruktur Sistemik dan Massif terpampang dengan cepat dari berbagai macam laporan masyarakat sebelum dan sesudah pelaksanaan Pilpres 2019.

Hal inilah yang akan membuka gerbang Mahkamah Konstitusi dalam melihat Norma hukum sebagai nilai kejujuran guna mendapatkan kebenaran dari suara rakyat..!!