BlackBerry Messenger Tinggal Kenangan

BlackBerry Messenger (BBM) pernah jadi layanan messaging idola. Salah satu tulang punggung ponsel BlackBerry di masa kejayaannya.

BBM dilahirkan BlackBerry sewaktu perusahaannya masih bernama Research in Motion (RIM). Tepatnya pada 1 Agustus 2005, pada permulaan ketenaran BlackBerry.

Pada waktu itu dan beberapa tahun setelahnya, belum ramai layanan messaging yang sama bagusnya. Maka BBM pun jadi favorit meski hanya dapat digunakan di ponsel BlackBerry.

Di Indonesia, BBM amat digandrungi termasuk oleh artis Luna Maya yang kala itu hobi memakainya. “Soalnya pakai Blackberry bisa ketawa-ketawa sendiri, bisa menimbulkan teman baru. Tapi bisa juga menimbulkan masalah baru, soalnya orang di sebelah kita bisa kita cuekin,” aku Luna Maya.

Fitur-fiturnya pun makin canggih. BBM tak hanya buat berkirim pesan, bisa pula mengirim foto, voice note, lokasi, sampai voice call. Bisa dibilang, BBM adalah pionir layanan messaging modern.

Baca juga:  Asyik, WhatsApp Kini Gratis Selamanya

Fitur khasnya pun bikin nostalgia. Sebut saja PIN untuk menambah kontak, sampai suara ping buat menyapa teman atau kalau pesan tidak juga dibalas.

Mulai sekitar tahun 2010, BlackBerry mendapat tekanan hebat dari Android dan iPhone. Tapi justru dengan berani, BlackBerry memutuskan melepas ekslusivitas BBM sehingga bisa dipakai di rivalnya itu.

“Mengapa kami melakukannya sekarang? Platform BlackBerry 10 didukung sangat kuat dan ini waktu yang tepat untuk mendukung BBM menjadi solusi messaging yang berdiri sendiri,” kata CEO BlackBerry, Thorsten Heins di tahun 2013.

Kabar mengejutkan itu awalnya disambut gembira dan bikin kehebohan. Banyak pengguna Android ataupun iPhone ramai ingin mencoba kebolehan BBM.

Pada tahun 2015, masih ada 190 juta pengguna BBM di seluruh dunia. Sayang seiring berjalannya waktu, popularitas BBM malah makin tersaingi, terutama oleh WhatsApp. BlackBerry sang induk yang sudah begitu kewalahan di pasar ponsel, memutuskan melepas BBM.

PT Elang Mahkota Teknologi atau Emtek menggaet BBM pada 2016 senilai USD 207,5 juta selama enam tahun untuk memiliki hak brand, properti intelektual dan lisensi teknologi. Pengguna BBM di Indonesia yang masih melimpah jadi salah satu alasan Emtek membeli BBM.

Begitu banyak fitur baru lalu dihadirkan di BBM. Namun semua itu tidak membuat layanan ini makin populer, malah sebaliknya. Kian banyak user pindah memakai layanan lain seperti Line, Telegram, dan tentu saja WhatsApp.

Maka sepertinya sudah tidak ada pilihan lain, BBM terpaksa ditutup. Aplikasi BBM dipastikan tak beroperasi lagi setelah 31 Mei 2019. Sayonara, BBM.[detiknet]