Sosiolog: Diduga Pesanan Hasil Studi P3M yang Sebut Masjid Terpapar Radikalisme

Ada dugaan pesanan hasil studi Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) yang menyebut ada masjid terpapar radikalisme.

“Saya menduga studi ini pesanan,” kata Sosiolog Musni Umar di akun Twitter-nya @musniumar, Selasa (27/11).

Musni Umar juga mempertanyakan metode ilmiah yang digunakan studi P3M yang menyebut ada masjid kantor pemerintahan dan BUMN terpapar radikalisme.”Pernyataan Agus Muhammad, ketua P3M di ILC tvOne patut dipertanyakan,” ungkapnya.

Ia memuji Wakil Sekjen MUI Tengku Zulkarnain yang mengkritisi metodologi hasil studi P3M itu. “Hebat sekali penjelasan Tengku Zulkarnaen. Mematahkan hasil Studi Pusat Perhimpunan Pesantren dan masyarakat yg disampaikan Agus Muhammad,” jelasnya.

Agus Muhammad menyebut lembaganya melakukan riset di 100 masjid di lingkungan pemerintah, yakni di kementerian, lembaga dan BUMN, terkait penyebaran radikalisme.

Baca juga:  Disebut Megawati Preman, FX Rudy Akui Dulu Mabuk dan Judi

Ada 100 orang relawan yang disebar oleh P3M untuk mendengarkan ceramah-ceramah di masjid-masjid pemerintah. Para relawan diminta merekam ceramah, mengambil video ceramah dan mengambil dokumentasi selebaran bahan bacaan serta buletin yang ada di masjid. Ada sebanyak 357 rekaman yang dikumpulkan relawan sebagai bahan telaah hasil riset.

“Nah, hasil dari relawan dikompilasi, dianalisis 5 orang expert yang memang mempelajari itu,” kata Agus Muhammad dalam program ILC (27/11).

Terkait definisi Radikal dalam hasil riset tersebut, Agus mengklasifikasikan dengan radikal rendah, sedang dan tinggi. Sedangkan penilaian didasarkan pada lima kriteria ceramah di masjid pemerintah. Pertama, bagaimana sikap penceramah terhadap konsensus nasional (Pancasila, NKRI, UUD 1945 dan Bhineka Tunggal Ika); Kedua, bagaimana sikap terhadap pemimpin nonmuslim.

Baca juga:  Pintu Cak Imin Tertutup Jadi Cawapres Jokowi

Ketiga, bagaimana sikap mereka terhadap agama yang lain; Keempat, bagaimana sikap mereka kepada kelompok minoritas, dan kelima, bagaimana sikap mereka terhadap pemimpin perempuan.

“Kalau negatif itu yang kita anggap sebagai sebagai radikal, semakin negatif maka semakin tinggi. Jadi lima hal itu yang ingin kita lihat,” ujarnya.

Agus menambahkan, kategori ceramah radikal rendah seperti sikap mereka yang bisa menerima pemimpin nonmuslim tapi dengan terpaksa. Kemudian radikal sedang, mereka setuju tidak boleh nonmuslim menjadi pemimpin. Sedangkan radikal tinggi, sudah pada tahap memprovokasi untuk memengaruhi dan menolak pemimpin nonmuslim.