Terkait Ucapan Al Fatekah Presiden Jokowi, Ini Kata Doktor Lulusan Bahasa Arab dari Mesir

Seorang lulusan doktor bahasa arab dari Arab Research and Studies Institute of League Arab Cairo Mesir Miftah El Banjary ikut mengomentari pengucapan Al Fatekah Presiden Joko Widodo (Jokowi).

“Kita perhatikan pergeseran makna dari “al-Fatihah” menjadi “al-Fateka”, bukan menurut saya, tapi menurut al-Mu’jam al-Wasith. Al-Fatihah bermakna “Pembuka” Al-Fatika/al-Fateka bermakna “Kesewenangan, “Membunuh” dan “Kekerasan”,” kata Miftah dalam artikel berjudul “Menjawab soal Kesalahan Makna “Al Fateka”.

Kata Miftah, budaya dan aksen/dialek bahasa daerah tidak bisa dijadikan justifikasi atas kesalahan pengucapan makharijul huruf bahasa Arab yang bisa dianggap sepele.

Baca juga:  Adakan Konser Dangdut Seksi, Ansor Gondusari Ajak Kemaksiatan

Ia mengatakan bahasa Arab merupakan bahasa yang paling kaya makna dan paling sensitif terhadap pergeseran makna. Artinya, kesalahan mengucapkan berakibat pada kesalahan makna.

“Lafadz “Qalbu” (قلب) bermakna “Hati”, namun jika dibaca “Kalbu” (كلب) berubah menjadi “Anjing”. Kosakata “Katala” (كتل) bermaknan”Menawan”, tapi jika dibaca “Qatala” (قتل) berarti “Membunuh”. Kata “Sakin” (سكين) dengan fathah bermakna “Ketenangan” bisa berubah menjadi “Pisau” jika dibaca “Sikin” dengan Kasrah,” jelasnya.

Kata Miftah, kesalahan dalam pengucapan makhraj huruf pastinya berakibat pada kesalahan-kesalahan bacaan al-Qur’an selanjutnya.

Miftah menceritakan, kisah kemarahan Sayyidina Umar bin Khattab terhadap orang yang sembarangan menyebutkan lafal al-Qur’an, beliau marah menegur seraya ingin memukulnya.

Baca juga:  Mau Adil, Keluarkan SE Kapolri Pemimpin Ingar Janji, Jokowi Bisa Kena?

“Soal aksen kita tidak boleh saling menghujat dan hina, tapi soal ketepatan makhrijul huruf dan ketepatan melafadzkan huruf itu wajib diluruskan dan wajib belajar untuk mengucapkan lafal yang tepat dan benar,” kata penulis buku ‘Kode Rahasia Al Fatihah’.