Dewan Pakar ICMI: Rezim Sekarang Terlihat Islamophobia

Seorang pemimpin harus jujur dan tidak mudah ngeles karena rakyat sudah pandai terlebih di era informasi yang begitu cepat dan akurat.

Demikian dikatakan Dewan Pakar Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Irjen Pol (Purn) Anton Tabah Digdoyo dalam pernyataan kepada suaranasional, Selasa (9/10). “Kalau ada pemimpin ngeles apalagi berbohong, rakyat akan makin menjauh,” jelas Anton.

Kata Anton, di era rezim sekarang ini masih terlihat Islamophobia seperti kasus penistaan agama Islam merajalela padahal delik biasa bukan delik aduan.

“Ini juga efek Ahok penista AlQuran diperlakukn sangat istimewa oleh rezim bisa dilihat terpidana tetapi tidak di lapas hanya di rutan mako Brimob berbeda dengan terpidana yang lain,” papar Anton.

Ia juga melihat adanya taktik pecah belah umat islam seperti aliran kepercayaan disamakan dengan agama, baca Al Quran dengan langgam berbagai suku, mengatur suara adzan.

“Kidung lebih merdu dari azan, konde lebih indah dari jilbab, sertifikasi dai, LGBT adalah HAM, bubarkan pengajian, cekal ustaz, buat aliran islam nusantara dan lain-lain. Belum lg dengan faham komunisme,” papar Anton.

Selain itu, Anton mengatakan, membuka hubungan dan kerja sama dengan Partai Komunis China (PKC) melanggar KUHP hukumannya cukup berat 15 tahun penjara.

“Membuka hubungan luas dengan negara komunis terbesar di dunia, impor besar-besaran TKA kasar dari RRC ancam kedaulatan NKRI, melarang sweeping logo PKI juga langgar KUHP, nilai faham komunisme tidak radikal dan tidak ancam Pancasila dan sebagainya,” jelas Anton.

Anton mengatakan, semua fakta yang terjadi di era jokowi sayangnya tak pernah bisa menjawab keresahan-keresahan publik yang terus membesar bagai bola salju.

“Opini publik yang terus berkembang adalah rezim pandai ngeles dan pintar berbohong,” pungkas Anton.