Berikut ini penjelasan Neno Warisman yang dipulangkan secara paksa oleh aparat kepolisian dari Pekanbaru, Riau:
Saya dijemput sahabat sahabat relawan jam 24.00 an malam setiba di Bandara Suta , dan teman teman mengerti betapa laparnya saya. Mereka menajak saya makan di restoran padang jalan Juanda dan setelah makan , saya pulang.
Saya masih terus memikirkan persekusi ini.
Luar biasa polisi.
Gak bisa mengatasi tdk lebih dari 40 an saja orang dan remaja remaja yang berteriak, naik pagar gerbang dan berjoget jioget, bakar bakar, lempar mineral ke kaca depan mobil Mercy milik dr diana Tabrani yang menjemput saya ygcini.
Padhal jumlah aparat beratus ratus banyaknya dan dari beberapa satuan yang berbeda.
Anehnya, ketika pun yg aksi di depan gerbang itu sdh capek dan pulang, saya tetap dikurung bahkan dengan police line (dijaga, tapi gag boleh diberi makanan) sampai jam 9 malam saat pesawat akhir pulang dan ternyata pesawat ditahan karena perintahnya adalah saya harus diterbangkan pulang ke jakarta.
Terbukti dr boarding pass kepulangan yang diberikan, ternyata sdh disiapkan sejak kami datang.
Artinya yg seharusnya rahasia nama penumpang dst , tdk berjalan.
Bertahan di dalam mobil selama nyaris 7 jam , hingga pkl 21.00 an malam begitu banyak yg terjadi.
Tekanan, ancaman tersamar, maupun pemaksaan pemaksaan dan terselip ada juga permohonan dan pendekatan yg manusiawi dr sedikit diantara aparat yg memaksa saya untuk kembali ke bandara.
Ditemani oleh sang pemilik mobil yang rusak pastinya oleh hujan batu yang dilemparkan oleh siapa entah (darimana batu cukup besar besar itu di bandara?)
Bbvvvhhdr diana tabrani dan pak Luqman, saya tetap memilih bertahan.
Dua orang dari tim kerja sempat diseret ke polres dan seorang lain saya lihat sendiri dikejar 10 orang dan dikeroyok dan saya hanya dengar seruan Allahu akbar nya berulang ulang sampai punggungnya menempel di kaca mobil.
Lalu ia dibawa
Dan terjadilah hal yg berikut lepas pkl 9 dimana seharusnya pesawat terakhir diberangkatkan,
Kabinda datang dengan kasar menggebrak mobil dan berteriak teriak memaksa buka pintu dan menarik paksa satu per satu semua dari mobil. Kecuali saya yg tetap bertahan dan minta pada para polwan berpakaian bebas untuk tdk memperlakukan saya dengan buruk.
Polwan hanya memaksa saya keluar namun tdk kasar. Bahkan beberapa diantara mereka membawa roti dan ingin saya menerimanya. Tapi saya tolak karena bukan roti yg saya inginkan melainkan kebenaran., keadilan, hukum yang tidak digunakan semena mena.
Beberapa orang meminta saya keluar krn hujan batu yg membuat saya kuatir mobil ibu dr diana tabrani akan rusak berat.
Saya tdk suka kekerasan itu saya tegas katakan dan tdk perlu paksa saya beberapa kali pada mereka.
Lalu kami dikelabui. Dibawa oleh mobil yang katanya akan mengantar saya ke hotel, namun kenyataannya mereka bawa saya ke pesawat dan sekali lagi kabinda melakukan kekerasan pada para lelaki dan bahkan seorang preseidium diseret seret paksa oleh 5 orang melalui naik tangga sampai ke garbarata.
Di atas garbarata para yg memaksa dengan kasar sampai terseret seret itu minta maaf pada doktor Balda krnn kata mereka kami hanya jalankan tugas. Doktor Balda memaafkan.
Di bawah,
Saya masih berusaha hubungi teman teman seperjalanan yg saya khawatir akan keberadaan mereka.
Ketika pak Kabinda bersikap kasar sekali lagi pd laki laki di mobil saya minta dng tegas agar pak Kabinda untuk berlaku sopan.
Saya shalat 2 rakaat di dalam mobil.
Lalu setelah selesai saya minta mereka semua yg ada di sana berkumpul membuat lingkaran dan saya pimpinkan doa.
Kulillahumma Malikal Mulki tu’til mulka mantasyaa. Wa tanziul mulka mimantasyaa. Wa tuizzu man tasyaa wa tudzillu man tasyaa biyadikal khoir
Innak ala kulli syaiin qodiir..
Pak Kabinda yang menggebrak gebrak mobil, berteriak, menarik dan mengatakan tidak sabar menghela kami seperti penjahat saja itu pun , saya doakan.
Semoga Allah menyelamatkan beliiau yang telah sangat buruk memperlakukan kami.
Tiba di jkt pkl 12 malam saya dijemput oleh sahabat 2 relawan yg membawakan lontong isi dan saya senng bisa makan .. dan minum setelah 7 jam di dalam mobil tanpa sesuatu pun.
Di perjalanan pulang saya kembali mengingat rangkaian kejadian persekusi yg sayanalami, sambil mengingat kata kata dr Diana Tabrani,
“Kami mbak Neno,
Orang Melayu, dan orang Melayu itu amat sangat memuliakan tamu. Mbak Neno tamu saya, tamu kami semua, saya malu di tanah Melayu terjadi hal seperti ini”
Sungguh hati beliau sangat mulia seperti alm ayah beliau dr Tabrani yang dikenang dan dihormati.
Terakhir saya tanya,
Bagaimnakah kerusakan mobil ini..
Dr Diana Tabrani dan suaminya Pak Luqman, sepakat , mereka katakan itu bukan urusan yang besar. Allahu akbar!
Terakhir saya masih membaca di wag bahwa teman temn seperjalanan dari jakarta yang juga tersandera tadi , setelah saya akhirnya naik pesawat, termasuk di dalamnya mas Sang Alang sang pencipta lagu gantipresiden, mengalami penyerangan dan pengejaran oleh preman preman Flores dn Nias dan sampai saat saya tulis dini hari ini, saya masih mengkhawatirkan mereka.
Semoga Mereka selamat.