Di Era Joko Widodo (Jokowi) perusahaan mafia minyak Petral sudah dibubarkan tetapi Bahan Bakar Minyak (BBM) selalu naik.
“Yang jadi soal, kenapa harga BBM terus naik? Lebih mahal ketika masih ada Petral,” kata pengamat politik Ma’mun Murod Al Barbasy di akun Facebook-nya.
Mantan ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas (RTKM), Faisal Basri, mengatakan, masih banyak calo mafia migas yang berkeliaran di Indonesia, padahal PT Pertamina Energy Trading Limited (Petral) sudah dibubarkan.
“Sudah bukan rahasia lagi, anak usaha Pertamina itu justru bekerja sebagai calo pengadaan BBM untuk negara. Di situ menjadi sarang mafia, yang pada gilirannya menjadi benalunya aset negara, sedangkan mafia migas juga masih berkeliaran,” kata Faisal seusai menghadiri diskusi Economic Outlook di Suara Surabaya Center (SSC), Rabu (11/11/2015) malam.
Ia mengatakan, Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto seolah tidak ada masalah dengan menyebutkan pengawasan yang lemah dan tidak ada kerugian negara, padahal kerugian negara bisa dikalikan serta dihitung sendiri, seperti nama perusahaan yang menjadi pihak ketiga Global Energy Resources.
“Setiap hari Pertamina membeli devisa dari perbankan sebesar 150 juta dolar AS per hari untuk menjalankan bisnis minyak yang banyak bertransaksi dengan dolar, sedangkan ketika impor minyak masih dilakukan oleh Petral bisa memperoleh diskon harga antara 0,3 dolar AS sampai 1,3 dolar AS per barel,” tuturnya.