Oposisi Menang di Berbagai Pilgub, Rakyat Ingin Pergantian Kekuasaan

Koalisi oposisi di berbagai pemilihan gubernur (pilgub) di Indonedia menandakan rakyat inginkan pergantian kekuasaan.

“Oposisi melambung dari Sumut, ujung barat Indonesia,” kata kritikus politik Natalius Pigai dalam pesan elektroniknya, Rabu (27/6).

Indikasi kekalahan PDIP di 13 provinsi dari 17 provinsi yang mengikuti Pilkada Serentak 2018.

Mengacu pada hasil hitung cepat SMRC dan LSI Denny JA, pasangan Edy Rahmyadi-Musa Rajekshah yang diusung Gerindra, PKS, Hanura, PKS, PAN, dan Nasdem menang besar dengan kisaran 57-58 persen. Sedangkan pasangan yang diusung PDI Perjuangan dan PPP, Djarot Saiful Hidayat-Sihar Sitorus hanya mendapat suara di kisaran 42 persen.

Ia mengkritik Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, yang memilih Djarot Saiful Hidayat sebagai calon gubernur Sumatera Utara. Menurut dia, masih banyak kader PDIP asli Sumut yang lebih pantas diusung ketimbang mantan Walikota Blitar yang sudah gagal di Pilgub DKI Jakarta. itu

“Kalau seorang calon pemimpin, KTP-nya saja bisa pindah-pindah, kita lihat apakah dia akan menetap, bikin rumah dan beli tanah selamanya. Kalau tidak, kelas karakter pemimpin seperti ini yang oleh Mochtar Lubis dalam buku Manusia Indonesia menyatakan hipokrit,” kritknya.

Dia juga mengungkit daftar kekalahan PDIP di provinsi-provinsi lain, yaitu Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Maluku Utara.

Di Jawa Barat, walau tak menang, Sudrajat-Ahmad Syaikhu atau Asyik yang diusung PKS dan Gerindra ada di urutan kedua setelah Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum (Hanura, PPP, PKB, dan Nasdem). Asyik yang sempat diremehkan hasil-hasil survei jelang Pilgub malah bertaring di hari-H.

“Sudradjat melambung, tanda oposisi hidup. Di Sulsel, PAN dan PKS, semua oposisi menang. Indikasi rakyat inginkan oposisi ambil alih kekuasaan,” tambahnya.