Dokter Ini Bantah Keterangan Polisi Soal Kematian Anak di Monas

Pembagian sembako di Monas (IST)

Dokter bernama Gunawan membantah pernyataan kepolisian bahwa kematian anak yang meninggal di Monas bukan antri sembako

Jd sbb matinya krn hiperpirexia atw heat stroke nih @DivHumas_Polri atau dua2 kondisi tsb tjd,” kata Gunawan di akun Twitter-nya @dr_gundi.

Gunawan juga kebingungan atas keterangan kepolisian yang mengatakan, anak tersebut dalam kondisi panas tinggi dan meninggal.

Almarhum datang ke monas dlm kondisi hiperpirexia( panas tinggi)trus kena heats stroke krn paparan sinar matahari?Trus dokternya gmn cara bedakannya ya?” tanya Gunawan.

Kata Gunawan, secara medis orang yang terkena demam tinggi tidak bisa bergerak.

Ada gitu org demam 42 derajat C ujug2 datang ke acara bagi2 makanan? Boro2 ke monas ke kamar mandi aja ga sanggup kaleee,” paparnya.

Kata Gunawan, apapun penyebab kematian dua anak di Monas dalam pembagian sembako polisi harus melakukan penyelidikan.

Polisi selidiki apa panitia sudah melakukan persiapan yang bersifat antisipatif terhadap kemungkinan bakal terjadi hal-hal yang tidak diinginkan termasuk problem kesehatan akibat berkumpulnya lebih dari 100 ribu orang di tempat terbuka di siang hari,” pungkasnya.

Polisi menyatakan dua anak bernama Mahesa Junaedi (13) dan Rizki Syaputra (11) meninggal dunia bukan disebabkan desak-desakan antrean bagi-bagi sembako di Monas. Polisi menyebut keduanya meninggal karena sakit.

“Bukan karena antrean,” kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono dalam keterangannya, Selasa (1/5/2018).

Argo menjelaskan pertama kali petugas kepolisian mendapat laporan Mahesa yang pingsan di luar pagar Monas pada Sabtu (28/4) lalu. Selanjutnya, Mahesa langsung dibawa ambulans menuju RS Tarakan.

Setelah diperiksa dokter, Mahesa dinyatakan meninggal dunia. Argo menyatakan Mahesa diduga meninggal karena suhu badan tinggi dan dehidrasi.

“Untuk atas Mahesa Junaedi, menurut keterangan dokter, dinyatakan meninggal karena persistensi hiperpireksia (suhu badan di atas 40 derajat Celsius) dan heat stroke (dehidrasi),” terang Argo.