TNI AU Harus Kembangkan Konsep Pertahanan Modern & Canggih

Susaningtyas Kertopati (IST)

TNI Angkatan Udara (AU) dalam merayakan HUT ke 72 harus mengembangkan pertahanan udara yang modern dan canggih dalam menjaga kedaulatan NKRI.

“TNI AU harus mengembangkan konsep sistem pertahanan udara yang modern dan canggih, melindungi keselamatan NKRI dengan menyiapkan sistem deteksi dini dan sistem interceptor,” kata pengamat militer dan intelijen, Susaningtyas Kertopati dalam keterangan kepada suaranaisonal, Selasa (10/4).

Menurut Nuning, panggilan akrab Susaningtyas, TNI AU perlu mengkaji sistem pertahanan udara menangkis datangnya rudal nuklir tersebut di luar ZEE.

Nuning menilai sangat penting bagi TNI AU memodifikasi Minimum Essential Force (MEF), seperti penambahan radar Ground Control Interceptor (GCI) dan radar Early Warning (EW) di seluruh Indonesia terutama bagian timur Indonesia.

Baca juga:  Pekerja China Masuk Pangkalan TNI AU, Guru Besar UI Sebut Ada Pendudukan RI oleh Kekuatan Asing

“Kemudian, menambah skuadron udara tempur agar mampu melaksanakan patroli udara rutin selama 24 jam, minimal frekuensi terbang malam sama dengan terbang siang. Jadi, operational requirement dan technical specification kedua jenis radar tersebut tidak hanya untuk dog fight di udara antara pesawat TNI AU melawan pesawat musuh tapi juga harus mampu dog fight pesawat TNI AU menangkis rudal nuklir,” ujarnya.

Ia mengatakan, pesawat-pesawat tempur TNI AU sangat penting dipersenjatai rudal anti rudal jarak jangkau minimal 25 Nm (48 km). Dan untuk personel yang harus ditingkatkan kapasitasnya adalah mengirim para perwira muda TNI AU menjadi Master dan Doktor ilmu ruang angkasa (space science) di luar negeri.

Baca juga:  Tokoh NU: Shalat Rajin tidak Cinta Tanah Air, Iman & Ibadahnya tak Sempurna

“Tidak hanya sampai perbatasan. Harus bisa ke laut internasional karena doktrin pertahanan Indonesia adalah defense active.Jadi penting menekankan peningkatan kadar intelektual perwira TNI AU,” kata Nuning.

Yang tak kalah penting baginya, adalah pergeseran Lanud meliputi pembangunan landasan pacu baru berikut ground facilities dan kedua jenis radar GCI dan EW. “Setelah tahapan tersebut baru digeser skuadron pesawat tempurnya. Yang patut dilakukan adalah melakukan simulasi skema penganggaran MEF dengan mengubah sasaran prioritas dan efisiensi anggaran rutin operasional,” tandasnya.