Ancaman Kejahatan Cyber Perbankan Lebih Nyata daripada Urusi Hoax

Ilustrasi kejahatan cyber perbankan (IST)

Pembobolan DBS Singapura menjadi bukti nyata kejahatan cyber perbankan lebih nyata dan merugikan negara sampai miliaran rupiah.

“Urusan digital dan cyber hanya seputar konten berita hoax, sementara saat ini, digital dan cyber telah berubah menjadi medan pertarungan yang jauh lebih menghisap daripada peradaban geopolitik atau peradan daratan,” kata aktivis petisi 28 Haris Rusli Moti kepada intelijen, Selasa (13/3).

Menurut Haris, pembobolan DBS Singapura sistem keamanan perbankan tidak aman lagi. “Bukan kah DBS adalah salah satu bank dengan teknologi yang lumayan canggih mengamankan data dan nasabahnya? DBS saja bisa dibobol, apalagi bank-bank di Indonesia,” jelas Haris.

Direktorat Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus (Tipideksus) Bareskrim Polri menangkap pelaku pembobolan rekening nasabah bank DBS Singapura berinisial BFH di Serpong, Tangerang. Nasabah yang rekeningnya dibobol rugi hingga USD 1.860.000.

Direktur Tipideksus Bareskrim Brigjen Agung Setya mengatakan, aksi pembobolan itu diduga terjadi kurun akhir tahun 2016 hingga 2017. Dua rekening yang menjadi korban pembobolan yaitu rekening nasabah milik Green Palm Capital Corp dan Dali Agro Corps di Bank DBS Singapura.

“Total nasabah dirugikan atas 9 transaksi tersebut sebesar USD 1.860.000,” kata Agung dalam keterangannya, Jumat (9/3/2018).