PSI Ajari Berpolitik dengan Kebohongan

Partai Solidaritas Indonesia atau PSI (IST)

Partai Solidaritas Indonesia (PSI) telah mengajari publik untuk berbohong dalam berpolitik seperti adanya perubahan pernyataan setelah pertemuan dengan Presiden Jokowi di Istana.

“Setelah bertemu Presiden Jokowi di Istana, Ketua Umum PSI Grace Natalie mengatakan, pertemuan itu untuk membahas kemenangan partai dan Pilpres. Setelah mendapat kritikan dari publik karena memanfaatkan Istana untuk kegiatan politik PSI mengubah pernyataannya,” kata aktivis politik Ahmad Lubis kepada suaranasional, Senin (5/2).

Kata Lubis, PSI pun mengubah pernyataan bahwa pertemuan dengan Presiden Jokowi di Istana hanya sebatas silaturahmi biasa.

Baca juga:  Kedatangan HRS Munculkan Konstelasi Politik di Indonesia

“Perubahan pernyataan ini menunjukkan ketidakkonsisten PSI dalam berpolitik. Anak muda berpolitik tetapi penuh kebohongan,” ungkap Lubis.

Lubis mengatakan, PSI juga tidak transparan dalam sumber dananya dan saat ini diduga mendapat kucuran finasial dari pengembang reklamasi.

“Sunny Tanuwidjaja yang pernah dicekal KPK menjadi pengurus PSI dan tidak dicantumkan kepengurusan di situsnya. Ini ada yang disembunyikan,” papar Lubis.

Lubis mengatakan, PSI tidak banyak mendapatkan suara karena tidak mempunyai basis dan ideologi jelas. “Ideologi yang diperjuangkan tidak jelas. Kadernya tidak pernah terjun di lapangan,” pungkas Lubis.

Baca juga:  Staf Khusus Mensesneg: Kompetensi Kaesang Brilian dan Jauh di Atas Kita