Masyarakat Purworejo Keliling Kampung Tabuh Kentongan Saat Gerhana Bulan

Gerhana bulan
Foto: Warga Purworejo Keliling Kampung Tabuh Kentongan Saat Gerhana Bulan (dok detikcom)

Dalam rangka menyaksikan fenomena super blue blood moon, masyarakat Purworejo, Jawa Tengah, menabuh kentongan beramai-ramai. Tidak hanya itu, dalam tradisi unik itu mereka juga membawa obor sembari berkeliling kampung.

Tradisi unik dari nenek moyang dilakukan warga Kelurahan Pangen Jurutengah, Kecamatan Purworejo, dalam menyambut gerhana bulan super blue blood moon pada Rabu (31/1/2018) malam ini. 

Kentongan pun mereka pukul bertalu-talu saat gerhana bulan datang.

Salah seorang tokoh masyarakat setempat Sukoso DM mengatakan, tradisi memukul kentongan sembari berkeliling kampung membawa obor saat gerhana memang sudah mulai ditinggalkan, termasuk di Purworejo. Namun, warga kelurahan Pangen Jurutengah yang terdiri dari bapak-bapak, ibu-ibu bahkan anak-anak masih tetap melestarikan tradisi tersebut.

Baca juga:  Fenomena Langka Abad 21, Gerhana Bulan Total 28 Juli 2018

“Satu budaya tradisional masyarakat Jawa yang memang saat ini sudah langka. Kalau di Bali tradisi ketika ada gerhana bulan seperti malam ini disebut peristiwa kalarahu, tidak jauh beda dengan di Jawa,” ucap salah satu warga, Sukoso Rabu (31/1/2018) malam.

Sukoso menambahkan bahwa tradisi tersebut sudah ada sejak ratusan tahun silam. Menurut cerita, di tanah Jawa ada legenda yang menceritakan tentang Dewi Candra atau Dewi Bulan yang dimakan oleh raksasa bethoro kolo ketika gerhana bulan terjadi. Karena bulan ditelan oleh raksasa tersebut maka masyarakat menggelar tradisi pukul kentongan agar rembulan yang telah ditelan oleh raksasa dimuntahkan kembali.

“Jadi ketongan dibunyikan beramai-ramai dan obor dinyalakan tujuannya untuk mengusir raksasa tersebut dan harapannya agar segera melepaskan Dewi Candra atau rembulan yang telah dimakan. Cara unik tersebut lama-lama jadi tradisi turun temurun,” imbuhnya.

Baca juga:  Polisi: Pasangan Gay Sedang "BEGITUAN" Dalam Kamar saat Digerebek

Sementara itu salah satu siswi kelas 6 Sekolah Dasar, Putri Diah Ayu Wulandari (12) mengaku senang ikut berkeliling dalam tradisi kuno itu. Meski baru sekali mengikuti gelaran unik tersebut, namun ia sudah mengetahui jika hal tersebut dilakukan untuk nguri-uri budaya Jawa yang hampir punah.

“Seneng mas, rame-rame gitu keliling kampung. Baru kali ini, sebelumnya belum pernah ikut, gerhana bulan kan jarang terjadi. Ikut melestarikan budaya lah sambil jalan-jalan, meriah,” ucap siswi yang akrab disapa Puput itu seperti dilansir detikcom, Rabu (31/1/2018) malam.