Kekuatan Asing & Aseng Ingin Kuasai Indonesia dengan Adu Domba

Demo menolak asing dan aseng (IST)

Saat ini kekuatan asing dan asing ingin menguasai Indonesia dengan melakukan adu domba misalnya sesama Islam, sesama pribumi dan antar agama.

Demikian dikatakan Presiden Gerakan Pribumi Indonesia Bastian P Simanjuntak kepada suaranasional, Rabu (15/11).

Kata Bastian, kekuatan asing dan aseng bisa masuk melalui kelompok mana saja baik itu organisasi kemasyarakatan maupun organisasi keagamaan. Mereka akan terus menerus menebarkan permusuhan antar sesama anak bangsa, provokasi, isu, sehingga pada akhirnya kita akan saling curiga satu sama lain.

“Jika sudah demikian bangsa kita akan sulit untuk bersatu.  Kita harus waspada akan hal itu agar kita tidak dijadikan alat pecah belah maupun adu domba tanpa kita sadari,” kata Bastian.

Kata Bastian, untuk membedakan yang mana provokator yang mana bukan kita bisa menganalisa  lewat apa dampak jika kita terprovokasi oleh ajakan seseorang atau kelompok.

“Apakah ajakan itu untuk mempersatukan atau malah untuk mencerai-beraikan? Kita harus belajar dari sikap para ulama besar, dalam peristiwa aksi 212  para ulama memberikan contoh yang baik yaitu sikap teguh untuk tidak terprovokasi meskipun para pendemo ditembaki gas air mata oleh aparat kepolisian,” papar Bastian.

Bastian mengatakan, perangkap adu domba dan pecah belah yang pernah terjadi pada peristiwa 98 di mana masyarakat diajak oleh sekelompok orang yang tidak dikenal untuk melakukan penjarahan.

“Bahkan dimunculkan sikap saling benci antara mahasiswa dengan PAM Swakarsa yang pada akhirnya terjadi kerusuhan besar yang mengakibatkan Undang Undang Dasar 45 kita diamandemen ditambah lepasnya Timor Timur dari pangkuan Ibu Pertiwi,” jelasnya.

Ia mengajak masyarakat untuk tidak mudah terprovokasi apalagi jika sudah saling membenci antar sesama kelompok Islam.

“Jangan hanya karena satu orang pada akhirnya kita bertikai antar sesama anak bangsa. Mari kita kuatkan kembali tekad kita dan mengenali musuh kita yang sebenarnya. Siapa yang berkepentingan di lingkaran elit sana untuk terus menciptakan polemik antar masyarakat,” pungkasnya.

Baca juga:  WNA Bisa Tinggal 10 Tahun, Kajian Politik Merah Putih: Berbahaya, Bisa Dimanfaatkan Jelang Pilpres 2024